Dalam beberapa tahun terakhir, Airbus sukses menggenjot produksi pesawat jet seri A320 yang sangat populer. Sedangkan pesaingnya Boeing justru ditimpa masalah. Pesawat buatannya, 737 MAX, generasi ke-4 dari keluarga Boeing 737, harus dihentikan awal tahun lalu.
Musibah itu menjadi berita utama di semua media Indonesia dan juga diliput banyak media asing lainnya. Pada tanggal 29 Oktober 2018, pesawat Boeing 737 MAX, milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610, mengalami kecelakaan fatal dalam rute penerbangan antara bandara Soekarno-Hatta Cengkareng menuju bandara Depati Amir di Pangkal Pinang.
Sesaat setelah lepas landas, pesawat nahas itu jatuh di Laut Jawa dan menewaskan seluruh 189 penumpangnya. Hasil investigasi kemudian menemukan berbagai sebab kecelakaan tragis itu, termasuk yang juga menimpa pesawat Ethiopian Airlines.
Salah satu penyebabnya, yaitu kegagalan sistem perangkat lunak MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) yang menyebabkan pesawat tiba-tiba menukik tajam tidak terkendali.
Namun, seperti dilansir BBC News, 4 Agustus 2020 lalu, Boeing 737 MAX akan diijinkan mengudara kembali awal tahun depan, setelah melakukan banyak perbaikan sistem perangkat lunak MCAS, revisi panduan penerbangan, dll, sesuai arahan dan pengawasan ketat oleh FAA (Federal Aviation Administration), lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat.
Kompetisi memang tidak kenal ampun. Setiap musibah di salah satu kompetitor, pasti langsung berimbas positif ke pesaingnya. Kinerja Boeing menukik tajam di sepanjang tahun 2019. Dan Airbus pun tidak hanya mampu menyalip Boeing, tapi meninggalkannya dengan selisih yang sangat signifikan sepanjang sejarah persaingan keduanya.
Seperti ditulis Forbes, 06 Januari 2020, Airbus dan Boeing kini menguasai sekitar 91% pangsa pasar pesawat komersial dunia. Selebihnya dibagi bersama oleh pemain lainnya, seperti Bombardier Aerospace, Embraer, dll. Penguasa pangsa pasar antara Airbus dan Boeing masih bisa berubah dari tahun ke tahun. You'll never know bro!
Airbus, yang pernah begitu membanggakan kehadiran pesawat super-jumbo A380 pada peluncuran perdananya di tahun 2007, ternyata tidak terlalu sukses di pasar. Pesawat berbadan lebar terbesar di dunia dengan tipe double-deck itu mampu mengangkut sekitar 525 penumpang sekali terbang.