Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Anda Masih Suka Menyimpan City Map?

14 Mei 2020   19:30 Diperbarui: 16 Mei 2020   15:14 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Peta Kota & Negara. Sumber: dok.pribadi

City Map atau Peta Kota kini pelan-pelan mulai ditinggalkan. Meskipun di banyak negara masih dengan mudah kita dapatkan, tetapi turis jaman sekarang lebih mengandalkan perangkat gadget di tangan dengan cukup membuka 'google map'. 

Zaman bergulir, semuanya kini kian bergegas. Bukan hanya peta jalan, cari informasi wisata apapun, informasinya tersedia dimana-mana dan dengan cepat kita dapatkan -- it's just a click away!

Jika dicermati, banyak peta kota yang diberikan gratis di banyak kota-kota besar di dunia, lebih berupa media informasi atau bahkan promosi berbagai obyek wisata, restoran, sewa mobil, dan lain-lain.

Peta-peta tersebut dengan mudah didapatkan setiba di bandara tujuan, di hotel atau di kantor-kantor pariwisata kota tersebut (Tourist Information Center).

Ada peta wisata dengan tampilan bagus, lengkap dengan berbagai informasi dasar yang diperlukan turis pada umumnya, misalnya obyek-obyek wisata utama di kota tersebut. Tapi kualitas peta itu sendiri tidak begitu jelas. Detail nama-nama jalan tidak jelas dan secara umum, kualitas reproduksinya tidak terlalu bagus. Dan tentunya, jangan berharap dilengkapi 'street index' yang bisa sangat membantu.

"Namanya juga peta gratis!", begitu komen teman saya, seorang Tour Leader berpengalaman. Persis seperti kata pepatah, "There's no such thing as free lunch". Peta kota yang bagus pasti ada harganya. 

Biasanya peta-peta dengan kualitas bagus, yang juga dilengkapi dengan street index, bisa dibeli di toko buku, toko souvenir atau di rest-stop yang biasanya kita singgahi saat perjalanan panjang antar kota. 

Jadi ingat, peta kota pertama yang saya beli. 'London City Map' seharga GBP 2 ! Peta bersejarah itu saya beli di sebuah toko buku dekat jalan Oxford- London tahun 1995. Masih ingat, karena peta tersebut masih ada. Masih ada label harganya!

Anda tahu kan merk ban mobil Michelin? Produsen ban mobil yang berbasis di kota Clermont-Ferrand Perancis itu, selain memproduksi ban mobil, ban motor dan Tour Guide Book (tersohor dengan "Michelin Red Guide"), juga sangat dikenal luas dengan ribuan peta jalan (road maps) yang diterbitkannya, baik peta kota, peta negara, dan peta benua. 

Kualitas peta buatan Michelin, yang tentunya tidak gratis, sangat bagus dan menjadi favorit sebagian besar sopir-sopir bus jarak jauh (long distance coach) dan juga Tour Leader yang sering ke Eropa. Eh, itu dulu. Kini, mayoritas sopir lebih mengandalkan perangkat GPS-nya. Bagaimana dengan traveller dari Indonesia? 

Penerbit terkenal lainnya yang juga banyak membuat peta-peta kota, negara dan benua di Eropa dan Amerika adalah Halwag. Pembuat peta (cartographer) asal Swiss ini bernama lengkap "Halwag Kummerly & Frey". Peta yang diproduksi sangat bervariasi, terdiri dari peta kota, peta regional, dan lain-lain. 

Produk Halwag paling terkenal tentu saja adalah 'long distance driving map and guide', atau peta antara kota-antar negara di Eropa.

Sama dengan Michelin, kualitas peta Halwag juga sangat dapat diandalkan. Beberapa edisi bahkan dilengkapi dengan 'distoguide' atau panduan grafik jarak antar kota. Harga petanya tentu lumayan mahal, sekitar Euro 15.

Koleksi Peta2ku. Sumber: dok.pribadi
Koleksi Peta2ku. Sumber: dok.pribadi
Masih ingat peta Jakarta yang dicetak Falk Plan? Sampai hari ini peta tersebut masih menjadi peta Jakarta terbaik dengan detail informasi dan index jalan yang mengagumkan. 

Falk Plan, atau lengkapnya "Falk Content & Internet Solutions GmbH & Co.KG", adalah penerbit khusus untuk peta kota maupun peta negara. Berdiri sejak tahun 1945 di Hamburg, Falk kini berkantor di Ostfildern dekat Stuttgart. Saya punya beberapa peta keluaran Falk, antara lain Germany, Frankfurt dan Jakarta.

Selain itu, kita tidak bisa melupakan nama besar AA Publishing yang juga memproduksi banyak 'route planner' untuk para pengendara di Inggris dan Eropa.

AA (Automobile Association), yang berdiri sejak Juni 1905 di London, adalah organisasi pengendara terbesar di United Kingdom dengan anggota lebih dari 15 juta. Dan tentu saja masih ada beberapa penerbit buku yang juga menerbitkan berbagai peta dunia, seperti Periplus Publishing, Insight Guides (APA Publication), dan lain-lain.

Jika semua peta terbitan penerbit terkenal itu bebas iklan, maka peta-peta kota gratis pasti dipenuhi iklan. Tentu saja! Iklan-iklan tersebutlah yang membiayai penerbitan peta kota gratis itu. 

Selain itu, banyak hotel-hotel ternama, atau lewat Badan Pariwisata setempat dan toko-toko besar ikut mensponsori penerbitan peta-peta kota gratis tersebut. Tujuannya? Tidak lain dari mempromosikan hotel, restoran dan toko masing-masing.

Semua Tour Leader atau traveler yang pernah ke Swiss pasti kenal dengan nama Bucherer. Tokonya yang di Lucerne sudah seperti sebuah 'landmark' kota saja. Hampir semua grup wisata mampir ke toko jam ternama ini. 

Bucherer mempublikasikan hampir semua peta kota-kota di Swiss di mana Bucherer hadir. Dari Geneva, Lucerne, Zurich, Zermatt, Interlaken, St. Moritz, Davos, dan lain-lain. Di Paris, Gallery Lafayette dan Printemps, sejak puluhan tahun telah membagikan peta kota Paris secara cuma-cuma. 

Begitu juga dengan jaringan toko asal Spanyol, El Corte Ingles, yang rajin memberikan peta kota gratis lewat hotel-hotel dan jaringan toko-tokonya yang tersebar di Spanyol dan Portugal.

Pada jaman ketika belum ada perangkat GPS di bus-bus wisata di Eropa dan negara-negara maju lainnya, para Tour Leader harus berusaha belajar jalan-jalan berliku bak labirin di kota-kota tua di Italia, Spanyol dan di banyak negara lainnya. Tidak mudah. 

Sebuah peta kota saat itu sangat berharga. Semua Tour Leader wajib mempelajari dengan cermat setiap rute jalan berliku tersebut, sebelum dengan percaya diri memimpin rombongannya menuju ke tujuan tersebut, apakah itu restoran lokal atau sebuah obyek wisata. Nama-nama jalan, atau patokan jalan tertentu, wajib dikuasai dengan baik.

Setelah Google Map diluncurkan di Feb 2005, dan terlebih lagi ketika sebagian besar handphone telah dilengkapi dengan aplikasi google map dan sejenisnya, maka pencarian rute dan jalan menjadi sangat mudah. Sopir-sopir bus wisata di mana-mana pun selalu menyiapkan perangkat GPS yang biasanya di-setting dulu sebelum jalan.

Di Indonesia, selain Bali, saya jarang menemukan peta kota ketika tiba di bandara maupun di hotel-hotel. Atau, jangan-jangan saya sendiri yang tidak mencarinya lagi, karena semuanya sudah ada dalam genggaman tangan -- sebuah gadget dengan aplikasi pencarian jalan yang sangat terpercaya.

Setiap era meninggalkan jejak masing-masing. Meskipun peta masih banyak ditemukan, khususnya yang versi gratis, tapi pada saatnya semua akan berubah. Sebelum waktu itu tiba, sampai hari ini saya masih tetap suka membawa peta setiap melakukan perjalanan dan pulang juga membawa peta-peta baru.

Ada kesenangan tersendiri ketika mempelajari jalan-jalan di sebuah peta, kemudian menandainya dengan stabilo, dan setelah itu jadi lebih siap melanjutkan perjalanan.

Waktu telah merubah banyak hal. Tapi betapapun, kita harus akui, "Maps have been one of travelers' best friend!

Kelapa Gading, 14 Mei 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto adalah koleksi pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun