Mohon tunggu...
Widhi Wahyu
Widhi Wahyu Mohon Tunggu... Freelancer

Pecinta teknologi yang hobi nulis dan percaya bahwa langkah kecil di dunia online bisa berdampak besar di dunia nyata.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Papua Tourism Menjelajahi Jantung Nusantara yang belum tersentuh

23 September 2025   13:06 Diperbarui: 22 September 2025   13:32 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Papua Tourism sumber Canva

Dengan dukungan pelatihan digital, literasi bisnis, dan akses internet yang membaik, generasi muda Papua bisa menjadi arsitek industri pariwisata mereka sendiri—bukan sekadar pelaksana.

Paradigma Baru Pariwisata: Dari Konsumsi ke Kontribusi

Tourism for Impact, Bukan Sekadar Hiburan

Rhenald Kasali menekankan bahwa “Bisnis yang berkelanjutan adalah yang menciptakan value, bukan hanya profit.” Prinsip ini harus menjadi dasar papua tourism. Wisatawan tidak boleh datang hanya untuk mengambil foto dan pergi. Mereka harus meninggalkan jejak positif: belajar, menghargai, dan memberi dampak.

Beberapa model yang bisa dikembangkan:

  • Program voluntourism terbatas: membantu pembangunan sekolah, pelatihan digital, atau konservasi alam.
  • Pembelian produk lokal langsung dari pengrajin, bukan dari toko suvenir di kota.
  • Donasi simbolik yang masuk ke dana pengelolaan desa wisata.

Dengan begini, papua tourism tidak hanya mengangkat perekonomian, tapi juga memperkuat identitas dan harga diri masyarakat lokal.

Penutup: Papua Tourism sebagai Gerakan Kebangkitan Budaya Digital

papua tourism bukan sekadar sektor pariwisata. Ia adalah gerakan—menuju pengakuan, pemberdayaan, dan pelestarian. Di tengah arus globalisasi yang sering kali mengaburkan perbedaan, Papua menawarkan kontras yang menyegarkan: tempat di mana perbedaan tidak ditakutkan, tapi dirayakan.

Bagi traveler, ia adalah pelarian dari dunia yang terlalu cepat. Bagi masyarakat lokal, ia adalah peluang untuk menunjukkan bahwa mereka bukan terbelakang, tapi memiliki cara hidup yang berharga. Dan bagi Indonesia, papua tourism adalah bukti bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan akar.

Karena seperti kata Rhenald Kasali, “Keunggulan kompetitif masa depan bukan pada seberapa mirip kita dengan dunia, tapi seberapa otentik kita terhadap diri sendiri.”

Dan di Papua, otentik bukan pilihan—ia adalah napas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun