Mohon tunggu...
Agustinus Sipayung
Agustinus Sipayung Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang konsultan di bidang pertanian

Blog ini saya khususnya untuk menceritakan orang-orang yang sangat menginspirasi saya oleh karena perannya terhadap masyarakat dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mari Belajar Kehidupan dari Dunia Malam

11 Februari 2018   06:27 Diperbarui: 11 Februari 2018   20:17 7939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Sportourism.id

Nah, saya tidak sedang menceritakan betapa hebatnya saya bisa mengubah mereka yang tidak beruntung tersebut. Tapi saya mau katakan bahwa ada lho kehidupan lain yang membuat Anda harus berpikir keras untuk memahaminya.

Untuk memahami seorang gadis yang nyatanya menjual tubuh hanya untuk uang yang kasat mata bernilai besar, faktanya tidak lebih dari 5 jutaan, tapi ia harus mengeluarkan uang yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan batinnya yang kosong dengan menjadi pribadi yang konsumtif.

Memahami orang tua yang merestui anaknya bekerja di sebuah dunia yang ada hanyalah para pria buas yang siap memangsa putrinya yang cantik.

Memahami anak-anak gadis yang sesungguhnya punya berbagai kelebihan dan dapat bekerja di tempat yang terhormat tapi memilih bekerja di tempat demikian.

Hidup ini sesungguhnya arena peperangan ideologi yang berpeluang merubah mindset Anda. Para gadis ini oleh pengalamannya membangun mindset yang keliru sehingga membuatnya dengan sadar mengambil keputusan yang salah. Bahwa hidup ini melulu untuk mengejar uang dan kekekayaan. Uang dan menjadi kaya adalah segalanya, jika mereka tidak memperolehnya, maka langit akan runtuh.

Dari pengalaman ini juga memberikan saya sebuah pemahaman baru. Bahwa apa yang membuat dunia semakin terbangun gap adalah ketika setiap orang membangun dunianya sendiri dan tidak berkomunikasi satu sama lain. Orang sukses, membangun dunia dan sekat-sekatnya sendiri. Begitu juga mereka yang kurang beruntung. Mereka sama-sama membangun sinisme sendiri terhadap dunia yang berbeda. Lalu saat mereka bertemu yang terjadi hanyalah relasi impersonal dan transaksional.

Nah jika mengingat kembali kisah-kisah para nabi yang sengaja Tuhan hadirkan, esensinya adalah mengembalikan dunia yang kita hidupi ini seperti halnya yang Tuhan mau. Para nabi melakukan pengorbanan diri, kadang ia di hujat, dibenci hanya untuk menyatakan kebenaran dari Tuhan. Padahal Tuhan cukup melakukan hukuman kepada mereka yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya agar mengubah dunia yang kita diami. Tapi Tuhan memilih untuk berkomunikasi dan mendorong perubahan melalui para nabinya.

Sesungguhnya itu juga yang diperlukan untuk merubah dunia marginal. Hanya perlu orang-orang dari dunia yang lebih beruntung untuk masuk, berinteraksi dengan hati, menyuarakan kebenaran, berjuang untuk orang lain sehingga dunia ini suatu saat akan melebur.

Hal lain yang saya dapatkan melalui kisah perjumpaan dan perjuangan saya adalah bahwa manusia memiliki potensi yang luar biasa. Ketika, sebut saja, Wina bersedia menjadi marketer, saya terkejut ia telah bermetamorfosa menjadi seorang pemasar yang handal. Bahkan dalam beberapa tahun ke depan saya meyakinin ia akan menjadi seorang pembicara dan motivator.

Semua orang bisa menjadi hebat karena ia percaya bahwa ia hebat. Saya sebenarnya tidak menciptakan keajaiban apa-apa dalam kehidupan mereka yang telah menaruh kepercayaan kepada saya. Tapi saya hanya menanamkan keyakinan bahwa mereka hebat. Bahwa Tuhan telah memberikan mereka bakat-bakat yang tersimpan di dalam dirinya. Saya membantu mereka memahami sebuah kebenaran baru tentang dirinya. Ketika mereka percaya dan mau berjuang, keajaibanpun terjadi.

Beruntung saat ini saya tidak lagi menjadi member klub malam. Saya bersama para gadis yang telah berubah 180 derajat saat ini menjadi penjaring manusia yang berkehendak untuk berubah. Namun pesan lain yang ingin sampaikan. Ada banyak orang yang ingin menjadi orang benar dan suci dengan membangun menara gading. Lalu nyiyir terhadap kehidupan orang lain yang tidak seperti dirinya atau melakukan dengan kekerasan. Kadang yang perlu Anda lakukan melakukan sedikit pengorbanan. Memasuki dunia yang lain itu, memahami kehidupan mereka meskipun resikonya adalah reputasi Anda rusak atau Anda dicap pendosa, lalu melakukan sesuatu hal. Bukankah inti dari berbagai ajaran agama adalah pengorbanan, bukan kesombongan dan keangkuhan?

Penulis: Ridwan Subardi, Surabaya

Editor: Agustinus Sipayung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun