Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kritik Keras untuk Denny Siregar, Pandji Pragiwaksono Tidak Salah

23 Januari 2021   21:48 Diperbarui: 24 Januari 2021   09:10 2415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pikiran rakyat.com

Seperti kita tahu Pandji pragiwaksono menjadi viral karena membandingkan FPI dengan NU. Menurut Pandji pragiwaksono FPI hadir untuk masyarakat kalangan bawah sementara elite NU tidak. Saya sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Yang saya sayangkan adalah gelembung provokasi yang lahir dari opinion leader di media sosial.

Orang-orang seperti Denny Siregar dan rekan-rekannya coba membangun asumsi yang mengarah pada provokasi masyarakat untuk tidak lagi melihat Apa yang dilakukan Pandji sebagai sebuah diskusi dan dialog, ini yang saya sayangkan. Oleh karena itu saya menulis beberapa pandangan melalui Twitter barusan.

Pertama, saya bilang bahwa saat ini ada orang-orang yang coba membangun pemikiran bahwa lembaga itu lebih dari Tuhan. Setahu saya Tuhan saja sampai hari ini masih dikritik, Tapi demi hasrat politik ada saja orang yang memainkan narasi bahwa lembaga bisa terhina, lembaga itu suci, lembaga itu tidak boleh diperbincangkan. Maka jika ada sedikit dialog tentang kelemahan-kelemahan sebuah lembaga akan dianggap sebagai sebuah penghinaan.

Seolah-olah sebuah lembaga itu adalah makhluk hidup yang punya perasaan. Lembaga itu adalah benda mati, punya program kerja, punya struktur, maka adalah mutlak bahwa dia punya kelemahan. Maka Tak ada yang salah dengan pernyataan Pandji. Karena itulah hasil yang dia dapat melalui analisanya.

Sebuah ide, sebuah gagasan yang dibangun dengan spirit dialogis, harus dicounter dengan narasi menyerang pribadi. Dalam debat debat resmi Ini adalah sebuah pelanggaran yang memungkinkan sang pendebat didiskualifikasi atau dianggap kalah. Maka inilah yang terjadi saat ini, seseorang yang tidak punya kesabaran mencerna perbedaan pendapat mudah emosi lalu menyerang pribadi. Hal ini disponsori oleh opinion leader di media sosial.

Kedua, Saya menulis melalui Twitter begini, maju terus Pandji pembahasan mu selalu bagus kok mengajak kita berpikir.Terlepas salah atau benarnya.Tapi kita hidup di zaman orang tidak mau menyusun argumen dan berpikir, makanya dikit-dikit lapor polisi. Saya selalu setuju jika yang dipidanakan itu adalah hoax dan fitnah serta provokasi.

Tapi sebuah dialog, sebuah analisa dimana hal ini juga terjadi di ruang-ruang kelas, di kampus, di sekolah, tidak bisa dipidana sekalipun melahirkan kesimpulan yang salah. Sangat aneh jika sebuah dialog lalu dianggap sebuah penghinaan.Saya gemes banget Ingin rasanya saya mengajar orang-orang seperti ini. Bahwa yang namanya dialog yang namanya diskusi yang namanya analisa pasti melahirkan sebuah kesimpulan.

Kesimpulan bisa baik, bisa buruk, bisa positif bisa negatif bisa bagus dan bisa jelek. Itu bukanlah sebuah penghinaan Karena itu adalah hasil dari proses berpikir. Bedanya, dialog dan pembelajaran hari ini tidak hanya bisa dilakukan di ruang kelas. Kita bisa berdialog dari jarak jauh dan mendokumentasikannya di platform video.

Ketiga, zaman dulu para ilmuwan dan teolog saling kirim surat, berdebat tentang suatu topik. Bahkan perdebatannya begitu meruncing tapi zaman ini karena kemalasan beradu pendapat tapi maunya pendapat semua orang sama dengan dia maka Bisanya main ancam.Ini adalah status yang saya tulis selanjutnya di Twitter. Saya selalu bilang bahwa sekarang itu sangat tidak asik. Media informasi seperti Facebook Twitter dan YouTube sudah sangat maju tapi berbeda pandangan sedikit lapor polisi.

Tidak asik sekali Memang. Harusnya kita melihat contoh zaman dulu, gagasan dilawan dengan gagasan kalau perlu ajak debat terbuka. Tidak seorangpun seharusnya merasa nyawanya atau dirinya atau keluarganya terancam saat dia punya gagasan yang berbeda. Setiap orang harusnya hanya khawatir Apakah gagasannya cukup kuat apakah gagasannya suatu hari nanti akan digugurkan, sehingga bangsa kita dipenuhi dengan perasaan intelek.

Inilah yang gagal bahkan dirusak oleh para opinion leader di media sosial. Terutama mereka yang dekat dengan penguasa. Biasanya pandangannya jauh lebih aman apapun yang dikatakannya. Tapi orang yang ada di seberang penguasa biasanya pandangannya lebih rentan untuk dipidanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun