Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ruhut Jenuh pada Fadli Zon dan Nasihat Ferdinand pada Tengku Zulkarnain

24 Oktober 2020   12:54 Diperbarui: 24 Oktober 2020   13:09 2392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Tribunnews.com

"Dulu kalau si FZongos komentar Aku sama dgn kalian langsung nanggapi, tapi kalau sekarang hanya tertawa termehek mehek anggap saja orang gila cari panggung ha ha ha MERDEKA."Ruhut Sitompul.

Ruhut Sitompul sampai pada puncak kejemuannya dalam berinteraksi dengan Fadli Zon. Pasalnya Fadli Zon terus membuat statement yang dianggap tidak rasional dan halu. Misalnya dalam isu undang-undang tenaga kerja yang sedang ramai sampai sekarang.

Fadli Zon terus bersuara mendukung aksi demonstrasi terhadap undang-undang tenaga kerja karena menganggap fungsi parlemen sebagai pengawas pemerintah tidak jalan.Karena statementnya ini banyak orang meledek Fadli Zon. Kalau begitu apa sebenarnya fungsi Fadli Zon di DPR, kerjanya apa sih dia?

Itu kenapa Fadli Zon dianggap memainkan drama dan berusaha mencari panggung. Entah apa tujuan Fadli Zon mencari panggung mengingat Prabowo sudah masuk ke dalam pemerintahan. Saya pribadi sampai meng-unfollow Fadli Zon di Twitter karena merasa postingannya sama sekali tidak ada yang menarik lagi.

Kebanyakan dia meretweet postingan media-media yang pernah mewawancarainya atau mengutip ucapannya. Inilah yang membuat Ruhut Sitompul mencapai Puncak kejenuhannya menanggapi Fadli Zon.

Ruhut Sitompul sudah sering bertemu dengan Fadli Zon secara head-to-head dalam berbagai acara. Dalam Indonesia Lawyer Club misalnya, Ruhut pernah berdebat dengan Fadli Zon mulai dari isu Ahok hingga Jokowi.

Ruhut bahkan pernah mengatakan bahwa bisa saja Prabowo menjadi wakil presiden Jokowi dalam pemilu selanjutnya. Ya walaupun meleset tapi setidaknya sekarang Prabowo sudah menjadi menteri Jokowi.

Adian Napitupulu, Ferdinand Hutahaean, sampai Ali Mochtar ngabalin juga sudah malas berinteraksi dan menanggapi statement Fadli Zon. Sampai hari ini yang masih intens berinteraksi dengan Fadli Zon adalah Fahri Hamzah.

Walaupun posisi Fahri Hamzah lebih lentur karena partai Gelora yang didirikannya mau mendukung putra Jokowi dan menantunya di Solo dan Sumatera Utara.

Dalam berbagai statementnya pun tampaknya kini Fahri Hamzah lebih normatif. Walaupun masih ada unsur mengkritisi pemerintah tapi dia lebih banyak memberikan pandangan yang tidak langsung menghantam pemerintah.

Tapi lebih ke memberi gambaran-gambaran ideal tentang bagaimana seharusnya pemerintahan yang baik itu.

Di sisi lain Ferdinand Hutahaean mantan kader Demokrat terus aktif di Twitter untuk merespon kritik yang dirasa tidak tepat. Seperti baru-baru ini misalnya Ferdinand merespon tweet dari Tengkuzulkarnain.

"Pooling.Pertanyaan: Masih wajibkah kita mendengarkan titah Pemimpin yg "budeg" terhadap aspirasi rakyatnya...? (Boleh tuliskan juga komentar anda)" Tengkuzulkarnain.

Ferdinand pun menanggapi tweet Tengkuzulkarnain ini.

"Zul, yang benar POLLING bukan POOLING. POLL dgn POOL itu sgt beda makna. Yg kedua, pertanyaan sprt ini sungguh tak patut dr seorang ulama kecuali dr tukang sabung ayam. Seorang ulama mestinya meluruskan, menegur yg salah bkn memprovokasi pembangkangan. Zul profesinya sbg apa?" Ferdinand Hutahaean.

Pertama Ferdinand mengoreksi kesalahan tulis dari Tengkuzulkarnain. Kedua Ferdinand mengkritisi tweet yang tak seharusnya diucapkan oleh seorang tokoh agama seperti Tengkuzulkarnain ini.

Saya pribadi merasa kritik Ferdinan adalah wajar mengingat tidak seharusnya kita memprovokasi rakyat. Apalagi sampai berusaha mempersuasi agar masyarakat membangkang pada aturan-aturan pemerintah.

Dalam demokrasi, sepakat untuk sepakat atau sepakat untuk tidak sepakat harusnya sudah menjadi Nature kita sebagai masyarakat. Tidak perlulah kita ngotot karena jalur-jalur lain untuk memprotes pemerintah tidaklah ditutup.

Jalanan, lapangan semua terbuka untuk berdemonstrasi asalkan tidak anarkis juga memperhatikan bahwa saat ini kita sedang dilanda pandemi.

Bahkan jalan hukum pun bisa ditempuh yaitu judicial review ke Mahkamah Konstitusi.Itu adalah lembaga independen yang bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan aspirasi sampai membatalkan undang-undang.

Dua contoh kasus yang saya angkat ini masih menggambarkan polemik tentang undang-undang Cipta kerja yang belum bergeser pada inti permasalahan. Yang saya maksud adalah pada isi dari undang-undang tersebut.Saya belum melihat kaum intelektual termasuk mahasiswa membahas isinya dan memperdebatkan pasal-pasalnya.

Termasuk sekelas Profesor Refly Harun. Beliau ini dulu idola saya tapi entah kenapa sekarang pemikirannya tidak lagi mengagumkan seperti dulu. Beliau ikut terseret pada obrolan-obrolan receh yang tidak berbobot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun