Ruhut pun memberi nasehat kepada semua orang, secara khusus diarahkan pada tokoh politik yang terus dirasa dendam karena kalah Pilpres. Ruhut meminta semua pihak untuk saling memaafkan.
Di sisi lain ada kejadian yang sangat menarik di acara Indonesia Lawyer Club. Hadir di sana Gatot nurmantyo, Rizal Ramli dan Menko polhukam Mahfud MD. Memang bukan hal luar biasa melihat tokoh-tokoh penting duduk di Indonesia Lawyer Club.
Karni Ilyas Sebagai wartawan senior yang dihormati banyak tokoh tidaklah sulit untuk mengundang orang-orang penting di negara ini ke acaranya. Itu sebab Indonesia lawyer club begitu ikonik dan tak tergantikan.
Menarik di sana mendengar penjabaran Profesor Mahfud MD. Bagaimana Mahfud MD menarik kita ke masa lalu dimana pemimpin pemimpin terdahulu pun selalu dituduh tidak Pancasila.
Mulai dari Soekarno sosok yang melahirkan Pancasila pun jatuh karena dituduh Pro komunis dan tidak Pancasila. Demikian juga Soeharto yang dituduh liberalis dan tidak memprioritaskan sistem ekonomi yang Pancasila.
Begitu seterusnya sampai ke era Joko Widodo. Lalu Mahfud juga mempertanyakan tentang isu komunis. Misalnya saat Gatot jadi Panglima TNI, saat Gatot jadi Panglima TNI toh tidak ada satupun komunis yang ditangkap.
Karena memang komunis itu tidak ada. Demikian juga saat Rizal Ramli menjadi menteri, isu-isu Yang disuarakan Rizal Ramli saat ini pun sebenarnya sudah disuarakan oleh orang-orang lain di zaman Rizal Ramli sebagai Menteri.
Mahfud MD mempertegas bahwa tidak ada isu baru yang dibawa oleh Rizal Ramli dan Gatot. Demikian juga dengan KAMI. Semua kritik yang disampaikan oleh KAMI sesungguhnya sudah ada dari dulu.
Kesimpulannya apa? Dinamika publik beserta perdebatannya adalah elemen penting dalam demokrasi. Maka sesungguhnya tidak perlu ada anarkisme juga tidak perlu ada hoaks diciptakan.
Karena dinamika Ini pun adalah hiburan tersendiri. Di sinilah kedewasaan kita dalam berdemokrasi dilatih untuk semakin matang.