Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andai Jokowi Dengar Nasdem, Din Syamsudin dan Amien Rais Tak Perlu Dirikan KAMI

23 Agustus 2020   18:47 Diperbarui: 23 Agustus 2020   19:10 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompasiana.com (Amien Rais dan Din Syamsudin)

Pada bulan oktober tahun 2019, Ketua DPP Partai NasDem, Irma Suryani Chaniago menyatakan partainya tak sepakat jika tak ada oposisi dalam Pemerintahan Joko Widodo. Alasannya Nanti Pak Jokowi dijerumuskan karena tidak ada yang mengontrol. Saat ditanya apakah Nasdem tidak setuju karena jatah kursi menterinya jadi berkurang, Nasdem menjawab bahwa Nasdem mendukung Jokowi tanpa syarat, jika tak diberi jatah kursi pun tidak masalah.

Tapi saya pribadi tak percaya ucapan itu. Kekecewaan Nasdem langsung terlihat begitu Gerindra merapat menjadi partai Koalisi pemerintah, Surya Paloh sang ketua umum langsung menemui Presiden PKS Sohibul Iman, berjabat tangan lalu berpelukan. Tak pelak momen itu menimbulkan banyak spekulasi, apalagi sejak kejadian itu beberapa kali terekam wartawan Megawati mengabaikan Surya Paloh, bahkan buang muka dan menolak untuk berjabat tangan.

Dalam pilpres 2019 Nasdem dan PKS adalah dua partai yang sangat berpengaruh. Nasdem dengan Metro TV-nya dengan totalitas mendukung Jokowi, lewat pemberitaan di Metro TV, ada jasa besar yang diberikan Nasdem pada kemenangan Jokowi. Maka wajar Jika Nasdem kecewa pada Jokowi, sebab Prabowo adalah lawan politiknya, bersama Gerindra mereka terus berusaha menjatuhkan citra Jokowi. Belum lagi Fadli Zon yang mewakili suara Gerindra terus mengkritik Jokowi tanpa ampun.

Maka bagi Nasdem, Gerindra tidak ngapa-ngapain kok malah dapat jatah dua menteri adalah hal yang sangat aneh. Makanya Surya Paloh langsung menabuh gendang perang dengan mengunjungi Presiden PKS Sohibul Iman serta mewacanakan mengusung Anies Baswedan menjadi capres di 2024. Lihat gelagatnya, kalau bukan karena kecewa berat karena apalagi.

PKS adalah musuh terberat yang hampir membuat Jokowi kalah lewat gerakan masif 2019 ganti presiden yang terus digaungkannya.Pendukung PKS sangat militan, bahkan dibandingkan Gerindra yang mencalonkan Prabowo, strategi Gerindra bisa dibilang tenggelam dan tidak terdengar gaungnya. Maka dalam hal ini PKS sangat berjasa untuk perolehan suara Prabowo, sementara Nasdem berjasa untuk perolehan suara Jokowi.

Maka pendekatan Nasdem pada PKS dan Anies, adalah simbol kekecewaan berat Nasdem pada Jokowi dan PDIP.Nasdem tahu kalau Jokowi suka berbicara lewat simbol, maka Nasdem langsung menusuk jantung Jokowi dengan simbol-simbol juga. Kita tahu bahwa Ahok adalah calon yang diusung PDIP pada pilgub DKI, dan Anies Baswedan lah yang mengalahkan Ahok pada pilgub tersebut.Hal ini tentu yang membuat Megawati menjadi berang.

Tapi untung Jokowi sangat lentur, lewat candaan dan pendekatannya, sampai hari ini Nasdem masih setia dalam pemerintahan. Ya itulah pilihan terbaik yang bisa mereka lakukan. Kalau mereka keluar, mereka rugi sendiri, tidak dapat-apa-apa, padahal sudah capek-capek bertarung. Maka saya jadi teringat Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang didirikan oleh tokoh seperti Din Syamsudin dan Amien Rais.

Saya paham kenapa akhirnya gerakan ini muncul. Seperti yang dulu diucapkan Nasdem, jika tidak ada oposisi yang seimbang, maka tidak adalagi pengawasan oleh legislatif pada ekskutif. Inilah yang melahirkan "legislatif jalanan" seperti KAMI. DPR dirasa sudah mandul, karena nyaris hanya PKS yang masih kritis. Gerindra sudah membungkam diri karena ketua umumnya sekarang menjadi menteri.

Maka, seandainya sedari awal Gerindra, PAN, Demokrat tetap kritis di legislatif hal ini tak akan terjadi. Memang PAN dan Demokrat tidak ada dalam koalisi, tapi entah kenapa sikapnya seperti bubur. AHY sebagai ketua umum Demokrat terlihat berusaha menjalin hubungan yang baik dengan kekuasaan dengan sowan ke Jokowi dan Puan. Zulkifli Hasan ketua umum PAN sampai harus menyingkirkan Amien Rais karena terlalu kritis pada pemerintah.

Dalam hal ini kedua ketua umum ini terlihat memiliki hubungan yang mesra dengan Jokowi. Sehingga arah partainyapun terasa seperti Koalisi juga.Maka seperti yang saya katakan nyaris hanya PKS yang tetap kritis pada pemerintah. Bahkan karena lemahnya suara mereka di parlemen, PKS sampai harus terlibat dalam gerakan akar rumput seperti KAMI. Bahkan secara resmi PKS mengatakan bahwa PKS dan KAMI memiliki satu tujuan yang sama.

Partai lain harus waspada, setelah Gerindra dijinakkan Jokowi, Pan dan Demokrat melembek, nyaris semua suara pengkritik pemerintah akan terakomodasi oleh PKS. Bisa jadi pada pemilihan legislatif dan pilpres berikutnya PKS akan jadi partai penguasa karena keotentikannya dan keteguhannya dalam berprinsip. Dan yang harus diwaspadai, PKS dekat dengan orang-orang yang merasa kesulitan di masa pemerintahan Jokowi saat ini.. Kita lihat saja nanti kelanjutannya..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun