Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jangan Mudah Baper di Tempat Kerja!

1 Juli 2019   10:27 Diperbarui: 1 Juli 2019   18:55 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Suatu hari saat morning briefing atasan kami menyampaikan beberapa pesan. Salah satunya adalah agar setiap karyawan tidak baperan (bawa perasaan) saat ditegur dalam bekerja. Karena toh tindakan itu tidak lebih dari urusan kerja.

Sebab masih menurut atasan kami itu, sikap baper tersebut akan meng-influence lingkungan sekitar, yaitu sesama rekan kerja. Mending kalau baper yang positif, kalau baper yang negatif kan repot. Apalagi karena dikasih masukan atau ditegur, kalau tak cocok di hati biasanya bakal baper negatif.

Bayteway kalau jatuh cinta baper positif atau negatif ya? Hkmm, gak tahu juga sih saya sudah lama gak jatuh cinta haha. Lanjottt...

Ada 2 tipe orang di dunia kerja jika dipersempit, pertama yang kalau dikasih masukan berpotensi baper, sekaligus kemungkinan akan didengar. Tipe kedua yang kalau dikasih masukan gak akan baper, tapi sekaligus berpotensi masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Nah saya sering dikatain tipe yang kedua ini oleh senior saya. Padahal kalau dia memberi masukan selalu saya dengar kok, cuman gak dilakuin haha. Gak lah, idealnya memang kita harus jadi orang yang mau menerima masukan tapi gak baperan. Untuk memiliki karakter seperti itu memang dibutuhkan kedewasaan.

Semua kembali pada pola pikir seseorang. Kalau segala sesuatu dianggap urusan pribadi pasti jadi gampang tersungging, tapi kalau profesionalitas dikedepankan ya apapun yang terjadi biasa aja gitu loh.

Jadi sekarang gua tanya, lu pernah tersinggung atau baper gak Bor di tempat kerja? Hkm, kalau baper karena dikasih masukan gak pernah. Tapi kalau baper karena kecantikan rekan kerja sering, haha...bercanda kok. Biasanya orang lain yang baper karena ketampanankuhh.

Apalagi saat kebaperan ini dibawa ke dalam lingkaran pertemanan, maka akan lahir persekongkolan, habis itu akan lahir konspirasi, setelah itu akan lahir ideologi. Akan muncul kebencian yang sama pada seseorang. Namanya juga setia sama teman, satu pola pikir satu perjuangan, jadilah perpecahan dalam kelompok-kelompok kecil di perusahaan.

Hal seperti ini tentu tak kita harapkan karena akan mengganggu suasana pekerjaan. Juga akan mengusik budaya positif di lingkungan perusahaan. Bukan hanya dalam ranah dunia kerja, di manapun kita berada sikap baperan ini harus diletakkan dengan benar duduk persoalannya.

Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, kalau kebaperan itu positif sih gak apa-apa. Kalau sebaliknya? Maka tak mustahil kita telah jadi seorang provokator.

Soalnya saya pernah melihat kejadian begitu. Karena seseorang ini berkonflik dengan seseorang yang lain, seseorang ini sering membawa isu itu ke lingkaran pertemanannya.

Tak pelak, karena terus didoktrin dengan isu itu, teman-temannya ini pun jadi tidak suka dengan seseorang yang lain itu. Padahal dipikir-pikir seseorang yang lain itu salah apa sama teman-teman seseorang ini.

Kalau kita melakukan tindakan demikian, maka secara tak langsung kita sudah membunuh karakter (character assassination) orang lain dari belakang. Saya pernah mengalami hal ini. Kejadiannya waktu itu saya masih baru dalam posisi tersebut.

Jadi di lapangan, di depan banyak pegawai yang statusnya ada di bawah jabatan kami, dia marah-marah ke saya, nadanya, caranya, itu mempermalukan saya banget.

Karena sudah tak tahan ya saya lawan. Kalau tadi empat mata, atau di depan orang yang jabatannya di atas kami saya sih gak ada masalah. Tapi masa di depan karyawan yang jabatannya di bawah kami dia mempermalukan saya. Bagaimana saya akan dihargai oleh mereka, begitu pikiran saya waktu itu.

Maka ketika "disidang" oleh manager, saya membela diri dengan mengatakan apa yang dilakukan rekan saya itu membunuh karakter saya. api tetap setelah pulang, di malam harinya saya minta maaf ke rekan saya itu melalui pesan singkat.

Manager kami pun tidak mempermasalahkan saya waktu itu, malah sepertinya membela tindakan saya. Karena dia tahu memang tak seharusnya saya diperlakukan seperti itu.

Lalu apa itu pembunuhan karakter? Menurut Wikipedia, pembunuhan karakter sama dengan perusakan reputasi. Tindakan ini dapat meliputi pernyataan yang melebih-lebihkan atau memanipulasi fakta untuk memberikan citra yang tidak benar tentang orang yang dituju.

Istilah ini sering digunakan pada peristiwa saat massa atau media massa melakukan pengadilan massa di mana seseorang diberitakan telah melakukan pelanggaran norma sosial tanpa melakukan konfirmasi, bersifat tendensius, dan memojokkan seseorang.

Jika saya karakternya dibunuh secara langsung ketika itu, maka jika kita melakukan tindakan seperti yang dilakukan seseorang dalam cerita saya sebelumnya, sesungguhnya kita juga telah membunuh karakter seseorang, cuman dari belakang. Tapi intinya sama saja, membunuh karakter.

Maka mulai sekarang hati-hatilah, jangan menyebarkan kebaperan negatif kita. Apalagi sampai me-mention nama seseorang, menebar isu, apalagi sampai menjadikannya viral. Kalau memang dia bermasalah dengan kita, jangan jadikan dia juga bermasalah dengan orang lain. Apalagi menjadikan dia musuh bersama.

Kesimpulannya, jangan mudah baper, apalagi memuaskan kebaperan kita itu dengan menyebarkan pengaruh negatif. Karena yang rugi bukan cuman diri sendiri, tapi juga orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun