Patut juga mengawasi dan mengkritisi program 100 hari kerja yang dicanangkan oleh Ridwan Kamil agar tak mencari sensasi belaka. Dalam 100 hari ke depan Ridwan Kamil mengatakan ada beragam program yang akan dijalankan, mulai dari peluncuran satu desa satu perusahaan, satu pesantren satu produk, peluncuran program kesehatan sampai wisata. Apa makna satu disini? Dan bagaimana secara aplikatifnya? Bergunakah buat masyarakat luas?
Sebab Ridwan Kamil adalah kepala daerah yang begitu menggaungkan konsep. Dulu dia berjanji akan membuat Bandung Teknopolis di kawasan Gede Bage? Hasilnya mana? Hanya angan-angan belaka. Konon Bandung Teknopolis akan seperti Silicon Valley di Amerika sana.
Tak tahukah Ridwan Kamil bahwa pertanianlah yang justru harus dikembangkan di kawasan tersebut. Jangan "mengkotakan" semua wilayah di Bandung. Biarkan yang desa tetap asri namun tersentuh dengan kemajuan teknologi.
Beliau juga pernah menggaungkan konsep smart city dan membuat aplikasi tetot serta Bandung Command Center yang tampaknya oke secara konsep tapi kurang dirasakan manfaatnya. Yang ada lokasi-lokasi inti seperti Cicadas, Kosambi dan Cicaheum yang semerawut dibiarkan begitu saja. Tentu tak bisa mengatasi permasalahan jalan raya dengan aplikasi dan markas yang disebut Command Center yang tampaknya hanya untuk gagah-gagahan.
Ridwan Kamil juga mengungkapkan, akan membuat teori-teori baru dalam membangun lebih cepat dan lebih inovatif. Masyarakat juga harus mengawasi agar pembangunan tidak berdasar selera sang gubernur, melainkan harus sesuai dengan ciri khas lokal. Kalau sunda ya sunda saja.
Tentu diharapkan Ridwan Kamil bisa menyelesaikan persoalan pada bidang yang strategis, seperti kemacetan, banjir, kemiskinan, pertanian hingga pariwisata. Saya harap Ridwan Kamil mengurangi program sensasionalnya karena ditakutkan menjadi mubazir seperti beberapa program yang telah dilakukannya di kota Bandung.
Penikmat yang bukan pakar
Ulasan versi video:jangan lupa like,komen dan subscribe ya guyss :)