Terus apa lagi....
Ya pokoknya dalam menulis itu kita butuh mendisiplinkan diri. Harus mau menyisihkan waktu, dan mau  menyisihkan tenaga. Kadang memang muncul juga kebuntuan, kalau sudah begini biasanya saya ya diem aja nggak usah dipaksain.
Tapi yang harus disadari, artikel utuh tak akan pernah muncul di otak kita. Yang muncul paling sebaris kalimat (premis) atau kegelisahan mengenai isu tertentu. Jadi sebelum mengetik, kita sudah kerja dulu, yaitu berpikir untuk mengeksplore ide tersebut.
Saya bukan lagi ngajarin..masih belum layaklah..
Cuman saya lihat banyak juga penulis baru di Kompasiana, siapa tahu diantara mereka ada yang mahasiswa dan  dikasih tantangan sama dosennya, kalau bisa nulis lima puluh artikel headline langsung dapat gelar S1 dan nggak usah bikin skripsi, ya itulah sedikit tips dari saya.
Apa lagi ya...tantangan menulis..
Buat saya pribadi rasa jenuh adalah tantangan yang harus ditaklukkan. Kadang pasti ada muncul perasaan jenuh, kadang bertanya juga, bagaimana kalau menulis sebenarnya sekedar pelarian (yang sia-sia).
Bukankah lebih baik segera berhenti menulis dan fokus pada hal lain yang bisa memberi dampak secara rill pada kehidupan nyata? Kadang ada juga pertanyaan seperti ini muncul. Maka tak heran kalau penulis sekelas Andrea Hirata pun berencana berhenti menulis buku. Bukan sesuatu yang harus dihebohkan menurut saya. Sama halnya saat kita melihat Ahmad Dhani dan Pasha Ungu berhenti bermusik karena memilih terjun ke dunia politik.
Yakinlah semua orang akan mencoba hal baru pada akhirnya..
Salam kagum untuk teman-teman semua...kalian luar biasa (ala Ariel Noah).
Penikmat yang bukan pakar...