Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Target 200 Triliun dari Sektor Pariwisata, Cukupkah Hanya dengan Usulan Visa Gratis?

19 Desember 2023   13:13 Diperbarui: 21 Desember 2023   00:53 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi / Pantai Watu Dodol Banyuwangi

Lagi-lagi Bali menjadi contoh, di Bali mulai dari anak-anak hingga orang tua memang dibiasakan minimal 3 bahasa, yakni Bahasa Bali, Indonesia, dan Inggris. Walaupun di sana memang banyak turis asing sehingga dalam praktik kesehariannya akan jauh lebih mudah.

Tapi rasanya untuk lokasi lain, tak perlu menunggu banyak turis asing dulu untuk mau belajar Bahasa Inggris. Sejak di sekolah dasar, kita sudah belajar Bahasa inggris, supaya naik level ada sejumlah Lembaga Bahasa yang tersedia, mau lebih mudah dan murah bisa belajar dari internet.

Kurangnya jaminan keamanan untuk turis asing

Fenomena catcalling saat ini cukup naik daun. Catcalling adalah pelecehan seksual. Pelaku melakukan catcalling kepada korban dengan menyerang atribut seksual yang dimilikinya. Contoh seperti siulan, kedipan mata, atau pujian pada salah satu anggota tubuh (biasanya terjadi pada perempuan).

Hal ini pernah viral terjadi di area wisata Gili Trawangan. Jika pada sesama warga Indonesia saja bisa terjadi apalagi pada turis asing yang biasanya dalam berpakaian bisa dikatakan lebih berani dan sudah terjadi di Jakarta, pelaku adalah seorang sopir taksi dan korbannya adalah seorang bule Rusia. Imbasnya adalah pemecatan pada sang sopir.

Belum lagi ada Masyarakat lokal yang nakal di area wisata. Seperti meminta dana tambahan di luar HTM atau menaikkan harga yang jauh di atas batas normal karena memanfaatkan situasi.

Apakah terbayangkan pelaku bagaimana dampaknya jika hal tersebut menjadi viral di negara korban?

Minimnya gelaran event dalam menonjolkan suatu tempat wisata


Keindahan alam dan kebudayaan yang beragam menjadi salah satu faktor penting yang dimiliki Indonesia. Saat ini pemerintah hanya terfokus pada Pembangunan dan perbaikan di sejumlah tempat wisata. Lantas apakah itu saja dianggap cukup menarik?

Dari kacamata saya, digelarnya sebuah kegiatan entah dalam bentuk festival atau perayaan di suatu tempat akan lebih menarik pengunjung untuk datang. Apalagi dalam acara tersebut terdapat pesan-pesan khusus seperti memperkenalkan kebudayaan atau lokasi wisata tempat digelarnya acara.

Jika biasanya gelaran event dilakuakn setahun sekali, mungkin bisa dibuat setahun 2-3 kali. Cari lokasi-lokasi wisata yang masih jarang dikunjungi, berdayakan masyarakat sekitar untuk ikut terlibat dalam acara tersebut.

Lagi dan lagi, manfaatkan the power of social media untuk menyasar pengunjung yang lebih luas.

Koleksi pribadi / Pantai Watu Dodol Banyuwangi
Koleksi pribadi / Pantai Watu Dodol Banyuwangi

Ajak kerjasama blogger ataupun vlogger untuk memasarkan sebuah lokasi wisata

Tak bisa dipungkiri, keberadaan blogger dan vlogger saat ini cukup penting dalam memasarkan sebuah bisnis. Review dari mereka adalah hal yang saat ini cukup dicari alasannya, mereka bisa menuturkan penilaian dengan teknik yang unik. Blogger bisa menguraikan dengan kalimat-kalimat yang enak dibaca, sementara vlogger bisa memaparkan pengalamannya melalui video-video estetik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun