Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Target 200 Triliun dari Sektor Pariwisata, Cukupkah Hanya dengan Usulan Visa Gratis?

19 Desember 2023   13:13 Diperbarui: 21 Desember 2023   00:53 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi visa (iStockPhoto/belterz via KOMPAS.com)

Hal itu menjadi salah satu daya tarik tersendiri dari pulau dewata dan area-area di sekitarnya. Selain itu, masyarakat lokal juga menyadari betul "modal" yang dimiliki daerahnya bisa menghasilkan devisa negara, sehingga mereka memanfaatkan hal tersebut dengan memaksimalkan potensi yang ada.

Seiring berjalannya waktu, tempat yang populer akan semakin populer, dan yang memang kurang dikenal akan makin tersisihkan.

Kurangnya pemanfaatan media sosial untuk menarik atensi turis asing

Sejumlah media sosial memberikan keleluasaan pada penggunanya untuk mengunggah foto dan video hasil kreasi mereka. Seperti Facebook, Tiktok dan Instagram. Sayangnya, hal tersebut tidak dimanfaatkan secara cermat. Mayoritas masyarakat Indonesia masih lebih senang mengunggah hal-hal yang bisa dikatakan kurang bermanfaat seperti gemar mengangkat isu-isu yang belum dapat dibuktikan kebenarannya.

Entah belum menyadari, atau tidak peduli, mengunggah dokumentasi tempat wisata ke media sosial sekalipun lokasinya tidak populer bisa menjadi salah satu ide mengajak orang untuk ikut berkunjung.

Karena masing-masing orang memiliki cara pandang yang berbeda terhadap sebuah objek. Bisa di mata kita biasa saja, tapi Istimewa di mata orang lain.

Tak hanya itu, pihak pengelola tempat wisata juga kurang memanfaatkan media sosial sebagai pusat informasi bagi calon pengunjung yang ingin datang. Ada beberapa tempat wisata yang mempunyai akun media sosial namun sayangnya pembaharuan informasi tidak dibuat secara berkala. Sehingga akun tersebut seperti akun bodong, padahal pada bionarasi di profil tertulis ini merupakan akun resmi tempat wisata tersebut.

Jika pengelola akun tak bisa berbahasa Inggris, jangan khawatir, hampir di semua media sosial sudah ada fitur translate. Cukup sekali klik maka bahasa yang digunakan bisa berubah sesuai negara si pencari informasi.

Jangan lupa penggunaan hastag yang sesuai pada tiap unggahan, hal itu cukup penting untuk mempermudah mesin pencari menemukan unggahan yang diharapkan.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Kurangnya atensi masyarakat pada wisata lokal

Budaya gengsi masih sangat melekat pada jiwa orang Indonesia. Gengsi ini termasuk dalam pola liburan. Mengunjungi tempat-tempat yang kurang popular dianggap sesuatu yang tak layak dikisahkan. Indonesia masih menerapkan yang mahal adalah yang terbaik. Sehingga akhirnya memilih diam dan hanya menikmati tempat wisatanya sendiri. Hal itu merupakan salah satu faktor penghambat berkembangnya informasi tempat-tempat wisata Indonesia yang belum banyak dikenal.

Lain dari itu, masyarakat lokal sendiri kurang memanfaatkan diri mendukung wisata lokal yang ada di sekitarnya. Untuk menyasar turis asing modal pertama yang wajib dimiliki adalah kemampuan berbahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun