Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Omah Kebaya 1942

4 September 2022   20:59 Diperbarui: 4 September 2022   21:01 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lampu Neon box bertuliskan Omah Kebaya 1942 yang terpasang di depan sanggar itu masih menyala, padahal waktu sudah mendekati tengah malam. Terdengar suara beberapa orang di dalam sana yang saling bercengkerama sebagai penyemangat kerja.

Miranti baru saja menutup telepon dan menuliskan detil pesanan khusus yang baru jasa diinformasikan salah satu pelanggan setianya pada secarik sticky notes yang kemudian ia tempel di sebuah styrofoam lembaran di dinding sebelah meja kerjanya.

Perempuan paruh baya itu kemudian menuju ruang kerja para pegawainya. Ada 5 orang yang sengaja diminta lembur untuk menyelesaikan pesanan khusus yang sudah masuk dalam target pekerjaan bulan ini. Seorang anak pejabat BUMN mempercayakan kebaya yang akan ia pakai di acara pernikahannya beserta seluruh anggota keluarga pada usaha milik Miranti.

Tiga orang sibuk memasang kancing untuk selusin kebaya penerima tamu berwarna magenta, serta dua orang lagi tak mengalihkan pandangan dari kristal dan payet premium yang disematkan pada kebaya pengantin berbahan brukat prancis.

Miranti mengambil duduk di antara mereka, memastikan yang sedang dikerjakan akan sesuai pesanan. Seperti biasa, Miranti sering berbagi cerita pada para pekerjaanya saat waktunya senggang. Semua pengalaman yang sekiranya bisa menambah ilmu tak sungkan ia berikan. Sebagai seorang pimpinan, Miranti sangat keibuan.

 "Rosna, kamu betah kerja di sini?" tanya Miranti pada salah satu karyawannya yang paling muda.

"Betah, Bu. Banyak mbak-mbak di sini yang baik-baik. Apalagi Bu Mir, saya merasa seperti punya ibu kandung," jawab gadis itu malu-malu.

Sejak masuk ke Omah Kebaya 1942, Rosna memang sudah pernah menceritakan pada Miranti bahwa ia seorang anak yatim piatu. Walaupun Rosna tak punya kemampuan tata busana, tapi Miranti menjadikannya karyawan atas dasar kemanusiaan.

Miranti mengalihkan pandangan ke beberapa lemari etalase kaca yang memenuhi ruang kerjanya, di dalamnya tersimpan banyak kebaya bermacam model yang disewakan. Kemudian matanya tertumbuk pada sebuah etalase di pojok ruangan yang menyimpan sebuah kebaya yang memiliki nilai istimewa dalam hidupnya.

Tanpa Miranti sadari, Nining, salah seorang karyawan senior memperhatikan ke mana pandangan Miranti pergi dan berhenti.

"Kalian tahu nggak kalau kebaya itu pernah dipakai para tahanan di jaman penjajahan Jepang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun