Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cita-citaku Terkandas

26 Januari 2023   07:35 Diperbarui: 26 Januari 2023   07:45 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket. Foto. Simon Petrus B. Ruron

Nama saya Simon petrus B. Ruron biasa dipanggil Simon Ruron. Saya anak ke Empat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Longginus Ruron dan  ibu Sisilia Hewen. Pekerjaan orang tua saya adalah petani tulen. Selain petani yang setiap hari ada di kebun, pekerjaan lain yang Bapak kerjakan adalah tukang kayu.

Waktu pun berlalu begitu cepat usia pun bertambah. Saya masuk kelas Satu (1) SDN Lamatou Berusia 8 tahun. Kisah diwaktu kecil sulit dingatkan kembali. Tetapi sebuah tragedi yang membuat sulit dilupakan diwaktu itu,tepatnya pada bulan Desember hari saptu pukul 13:30 Goncangan begitu  dasyat membuat saya menjadi takut dan menangis sembari memeluk ibu dan bertanya kepadanya,ini apa bu ? 

Jawab ibu sambil memeluk saya dan Hende (Kakak) BRERO (Gempa ). Goncangan pada waktu itu membuat semua orang panik dan Rumah kami pun rusak ,Kamar mandi dan WC disapuh rata tanah,tambok rumah semuanya runtuh untung rumah tidak roboh. Semua Rumah warga rusak berat termasuk sekolah. Kepala SDN Lamatou saat itu adalah Bapak Petrus siku Ruron dan mengumumkan bahwa untuk sementara sekolah diliburkan. Seminggu sesudah itu sekolah seperti biasa tapi bukan didalam ruangan melainkan dibawah pohon.

Semuanya akan berubah apabila dilakukan dengan sempurna. Tahun berganti musim Pun berlalu tak disadari saya sudah duduk di bangku SD kelas lima (5) dan wali kelas kami saat itu adalah Ibu Udis Tukan. Teman-teman pergaulan saya saat itu antara lain; Goris Ruron, Hengki Ruron, Eli Hewen, Fabi Baluk, Bobi Raga Ruron dan lainnya.

Kegiatan kami setiap hari setelah pulang sekolah adalah tembak burung. Suatu ketika  kami mulai beraksi tembak burung. Siapa yang dapat paling banyak maka dia yang paling jitu. alat kami menembak bukanlah senapan melainkan KATAPEL. Alasan kehutan tambak burung tapi itu Target kedua untuk target pertama kami adalah ayam kampung yang pesiar di pinggiran kampung.

Tempat persembunyian kami dengan istilah dapur umum kami saat itu untuk membakar ayam ada di atas Gunung/Ile Bao Wolo. Dalam satu minggu diperkirakan kami mendapat target 5 ekor ayam. Selain  itu suatu waktu saya dan teman lainnya diajak Goris Ruron untuk ke kebun mengambil kelapa. Sesampainya di kebun kami disuruh untuk mengupas buah kelapa.

Dalam perjalanan pulang saya bertanya kepada Goris,buat apa kelapa ini apakah kamu membuat minyak sedangkan orang tua kamu di Welo, jawabnya tidak kelapa ini kita jual. Jual dimana? Sambung Eli Hewen. Di Nene Sepina jawab Goris Ruron.

Akhirnya sampailah di rumah Nene Sepina, kelapa yang dibawah kami jual kurang lebih 5 ikat. Pada waktu itu satu ikat kelapa dengan harga Rp. 200 sen . Jadi 5 ikat dijual kami peroleh RP. 1000. Setelah mengambil uang kami semua merasa senang tapi Goris menciptakan ide buruk.

Dengan melihat Nene Sepina sudah tua maka kami mencuri lagi kelapa yang kami jual tadi dan menjual kembali. Maka uang kami betambah menjadi Rp 2000.

Tahun terus berjalan hari  hari terlewati ujian naik kelas pun tiba. dan saat mengambil raport saya mejadi heran nilai ujian saya bagus tapi ko kenapa tidak naik kelas. Pada waktu yang sama saya dengan kedua adik saya Rin dan Serlin tidak naik kelas,itu perlu dipertanyakan kenapa? Dan akhirnya ketahuan karena pada waktu itu pergolakan politik partai sangat hebat antara PDI dan Golkar. Peristiwa itu tak membuat saya dan adik-adik saya tidak berputus asa. Orang tua tetap memberika motivasi kami untuk tetap semangat dalam belajar. dan akhirnya saya lulus dari SD tahun 1999.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun