Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Remaja Pemecah Batu

7 Desember 2022   18:01 Diperbarui: 10 Desember 2022   09:12 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket. Foto. Mario Situ Tukan | Dok Pribadi

Masih belia, energik, dan pekerja keras. Itulah Mario Situ Tukan, remaja 19 tahun asal Desa Bantala,Kecamatan Lewolema.

Di tengah kegetiran hidup yang terus melanda, Ia sudah merasakan kerasnya hidup dengan bekerja sebagai pemecah batu secara tradisional.

Ditemui di tempat Kerja, (27/10) dia begitu gesit dan cekatan memegang palu pemecah batu. Tatapan matanya tajam pada sebuah batu yang berdiameter kurang lebih satu setengah meter. Cukup besar. Beberapa pahat besi telah tertancap rapih pada bagian batu yang siap dibelah.

Terik mentari siang itu juga tidak menyulutkan hasratnya untuk menaklukan batu. Tak peduli legam dikulit akibat sengatan sinar mentari. Kedua tangannya yang berotot memegang erat tangkai palu, mengangkat tinggi-tinggi hingga melewati kepala dan menghujam dengan kerasnya pada pahat yang sudah ditancap. 

Berulang-ulang kali ayunan palu menghantam kepala dari pahat besi itu hingga batu itupun perlahan-lahan retak membentuk garis bujur dan pecah menjadi beberapa bagian.

Ketertarikannya akan pekerjaan untuk memecahkan batu diawali pada tahun dua ribu tiga belas. Saat itu, Rio sapaan hariannya, melihat ada beberapa orang Jawa yang disewa orang di kampung untuk memecah batu. 

Melihat itu Iapun mencoba memberanikan diri menyampaikan niatnya untuk bekerja sama dalam memecahkan batu. Niat itu pun diterima oleh orang Jawa dan bersama-sama bekerja kurang lebih dua tahun.

Kesan pertama yang dapat Rio sampaikan saat itu ialah heran namun ia percaya bahwa di balik itu ada nilai seni yang melekat. 

Heran karena walau batu sebesar apapun bisa pecah berantakan dengan menggunakan tenaga manusia serta alat yang digunakan sebagai pendukung dalam pemecahan batu itu juga masih tradisional.

"Seni karena sebelum memecahkan batu hal pertama yang dilakukan adalah melihat urat atau arah dan kedudukan dari batu itu sendiri. Ini butuh kecermatan sehingga memudahkan kita dalam memecahkannya," ungkap Rio Tukan

Dari orang Jawa ini saya belajar banyak hal menggenai  cara memahat batu, teknik melihat urat yang ada di batu hingga memecahkan batu dengan baik dan benar.

"Dari pengalaman ini juga membangunkan rasa percaya diri saya untuk bisa berkerja sendiri menyiapkan alat-alat seperti pahat besi, pemukul/palu, baji dan lainnya tanpa bergantung dengan orang lain," terang Rio yang juga jago sebagai tukang pandai besi.

Selain teknik dalam pemecahan batu hal penting yang harus dimiliki seseorang dalam memecahkan batu ialah mempunyai fisik yang prima, tenaga dan ketahanan tubuh yang kuat dalam bekerja. kelihatan mudah namun sangat berat.

Hal ini dirasakan saat pertama kali bekerja. ketika bangun pagi badan terasa ini terasa berat, sakit, seperti orang pukul. 

"Namun saya tidak berhenti bekerja. dan sampai dengan sekarang kalau saya tidak kerja atau hanya duduk badan ini terasa sakit maunya tetap kerja terus," terang Rio anak ke lima dari sembilan bersaudara.

Mario Situ Tukan | Dok Pribadi
Mario Situ Tukan | Dok Pribadi

Hidup ini keras bukan berarti kita menyerah tanpa syarat pada kondisi ini. Ia menyadari bahwa kehidupan orangtuanya susah apalagi untuk menghidupi kesembilan bersaudara ini hanya dengan iris tuak. Agak susah.

Dengan pikiran seperti ini, Rio memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah dan lebih senang membantu orang tuanya dalam urusan mencari nafkah. Ia tetap fokus bekerja. 

"Kalau tidak ada kerjapun saya memilih diam di rumah membantu orang tua dan tidak mau menyusahkan orang tuanya dengan cara-cara yang tidak baik misalnya membuat keributan atau terlibat tawuran antar pemuda," ungkap Rio yang belum punya pacar ketika ditanya.

Setiap pekerjaan apa saja yang bisa mendatangkan nilai rupiah Rio tetap kerja. Terkadang untuk mengisi waktu luang disaat belum ada tawaran untuk memecahkan batu Ia beralih pekerjaan lain seperti, memanjat pohon kelapa, membuat kopra, tukang pandai besi dan berkebun.

Anak dari pasangan Hendrikus H. Tukan dan Maria Goreti Ruron menuturkan bahwa sistem pembayaran dalam pemecahan batu dihitung berdasarkan perkubik atau kontrak. Untuk satu kubik sekarang dihargai dengan seratus tujuh puluh lima ribu rupiah. 

Selama ini kuantitas batu yang dihasilkan apabila saya sendiri yang kerja untuk satu hari mencapai satu kubik bahkan lebih, tergantung dari kekuatan batu itu sendiri. 

Apabila ada orang yang membantu saya maka satu hari bisa mencapai empat kubik bahkan lebih. Namun terkadang ada orang yang memanfaatkan kekurangan saya dengan menipu saya dalam hal pembayaran. Misalnya kita sudah sepakat akan harga satu kubik sekian namun disaat pembayaran tidak mencapai angkah dari kesepakatan itu. 

"Terkadang pembayarannya molor dengan berbagai alasan. Semua peristiwa itu saya anggap sebagai cobaan hidup untuk tetap bersabar dan bersyukur," tutur Rio yang Drop Out (DO) kelas tiga SD ini.

Rio menyadari bahwa pekerjaan ini sangat berat. Menguras tenaga dan fisik apalagi usianya masih terlalu belia untuk suatu pekerjaan yang cukup berat.

Oleh karenanya Kesehatan adalah harga mati untuk dijaga. Setiap pulang kerja untuk mengembalikan stamina agar kesehatan fisik tetap bugar Rio selalu mengkosumsikan madu dan telur ayam kampung dan minum obat herbal yang ada di kampung dan istirahat yang cukup.

Rio juga menyampaikan bahwa pundi-pundi rupiah yang dikumpulkan melalui pekerjaan ini selain untuk kebutuhan dirinya sebagai anak muda.

Selain itu dia juga memberikan kepada orangtua untuk kebutuhan keluarga dan membiayai tiga orang adiknya masih duduk di bangku SD.

"Saya selalu memberikan nasihat kepada adik-adik saya, orangtua kita susah. Bapak hanya tukang iris tuak. Jadi sekolah yang rajin. Jangan mengikuti jejak saya. Mungkin cara ini yang bisa saya berikan sebagai wujud terima kasih saya kepada orang tua yang telah membesarkan," tuturnya.

(Tobias Ruron)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun