Mohon tunggu...
Tjitjih Mulianingsih Ws
Tjitjih Mulianingsih Ws Mohon Tunggu... Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Odong-odong Permainan Anak yang Bertahan di Tengah Gempuran Zaman

28 Oktober 2018   14:35 Diperbarui: 29 Oktober 2018   14:48 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di hari Minggu pagi ketika mengajak bermain keponakan  kami, Shanaya ke lapangan Karang Pawitan Karawang Barat.  Seperti biasa dia merengek meminta bermain atau naik Odong odong.  Mungkin ada di antara pembaca yang tahu apa itu Odong odong.    

Menurut Kamus bahasa gaul (liha) odong-odong adalah nama populer yang biasa diberikan kepada kendaraan komersil tak bermotor yang dikayuh seperti layaknya beca.  

Tempat duduk penumpangnya biasa berbentuk kuda kudaan, pesawat terbang atau mobil mobilan. pada saat pengoperasian biasanya pengemudinya memasang lagu anak anak yang populer.  Biasanya odong odong ini berputar keliling perumahan atau perkampungan yang memilik banyak anak anak kecil atau mangkal di tempat keramaian tertentu.  Odong odong ini pada umumnya memiliki tarif yang tidak tentu , biasanya sesuai kesepakatan.

Kali ini Odong odong yang dinaiki oleh Shanaya adalah odong-odong milik pak Edi.  Menurut Pa Edi dia sudah berprofesi sebagai tukang odong odong selama 5 tahun lebih.  Anak anaknya pun disekolahkan dari hasil Odong odongnya.  Dari pengamatan, pa Edi ini ramah terhadap anak anak sepanjang alat musik odong odong memperdengarkan lagu anak anak, dia ikut menyanyi dan mengajak anak anak penumpangnya bernyanyi pula.  Anak anak yang hapal lagunya biasanya ikut bernyanyi.  "Hei Tayo Hei tayo" Wajah pa Edi  selalu penuh senyum.  Sesekali dia mengajak  anak anak bicara.

Menurut Pa Edy, tarif Odong odongnya biasanya berdasarkan banyaknya lagu  tetapi sebagian besar dia tidak menentukan tarif, ketika anak anak bosan dan meminta turun dia baru menghentikan mengayuh odong odongnya. Saya perhatikan rata rata orang tua memberikan Rp. 5.000,00 untuk 4 sampai 6 lagu anak anak . rata rata 8 sampai 15 menit.  

Sekali penuh odong odong bisa memuat 4 anak, jadi setiap 15 menit  dia mendapat penghasilan sekitar Rp. 20.000.  Termasuk penghasilan yang lumayan bukan?.   Rata rata  perharinya pa Edi  bisa mendapat penghasilan  Rp. 150.000 hingga Rp. 200.000.  Dimulai dari pagi hingga Zuhur dan sore sehabis asar hingga menjelang magrib.   Jika hari libur bahkan penghasilannya bisa lebih dari Rp. 200.000.  Wah luar biasa ya? Mengalahkan guru swasta seperti saya. 

Dokpri
Dokpri
Rata rata penumpang pa Edi ini anak anak usia 1 tahun hingga 5 tahun ataupun jika usianya lebih dari 5 tahun, biasanya  memiliki postur tubuh yang kecil.  Para orang tua menunggui anak anak yang naik odong-odong sambil melakukan aktivitas menyuapi anak anak.  Menurut mereka rata rata anak anak makannya habis jika sambil naik odong-odong.  Saya jadi teringat putri kedua  saya yang kini sudah kelas XI SMA .Jika sore hari disuapi oleh mbaknya sambil naik odong odong.  

Mengingat rentang waktunya hebat juga Odong odong ini masih bertahan hingga kini. Di tengah gempuran jenis-jenis mainan  lain yang lebih variatif dan canggih . Setidaknya untuk ukuran kota Karawang Odong-odong masih tetap jadi pilihan permainan anak anak yang murah, aman dan mendidik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun