Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tengoklah Padang, Bagaimana Jalani Puasa dengan Damai

14 Juni 2016   23:54 Diperbarui: 14 Juni 2016   23:58 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto : Museum Adityawarman di kota Padang/foto : tjiptadinata effendi

Kota Padang, 97 persen penduduknya beragama Islam. tapi disana ada beberapa buah gereja Katholik dan Kristen ,serta wihara dan Kelenteng, Setiap bulan puasa di jalani dengan penuh kedamaian, Yang puasa tetap puasa tanpa terganggu, yang tidak berpuasa, boleh tetap makan seperti biasa. Ada toleransi dan saling menghargai ,yang tidak perlu diatur atur oleh perda atau aturan manapun.Semua berjalan secara alami*

Belajarlah Ke Padang, Bagaimana Hadapi Bulan Puasa Dengan Damai

Kedua orang tua saya almarhum lahir dan dibesarkan disebuah kampung yang bersama Labuah Basilang, Berlokasi di kota Payahkumbuh,yang menjadi ibu kota kecamatan lima puluh koto. Sekolah di Madrasah  ,seperti hal nya anak anak kampung lainnya.

Saya sendiri lahir di Padang, pada waktu jaman Jepang, sebelum Indonesia merdeka.  Praktis kami sama sekali tidak merasa sebagai orang asing di kampung halaman sendiri .Dan yang tak kalah pentingnya adalah kami tidak pernah merasa diperlakukan sebagai orang asing oleh lingkungan.,karena sudah berbaur puluhan tahun lamanya.

Setiap bulan Puasa,kami sambut bersama sama ,dengan saling menghargai ,tanpa perlu disuruh suruh,apalagi sampai diatur begini dan begitu oleh pemerintah setempat.

Heran dan Bingung  Bulan Puasa Koq Malah Heboh?

Alangkah heran dan bingungnya saya, ketika pindah ke Jakarta pada tahun 1990, setiap bulan Puasa,selalu diiringi dengan hal hal yang  menodai suasana, dimana seharusnya orang dengan tenang menjalani ibadah.

Di Kota Padang, Sumatera Barat, menyambut bulan puasa, tak ada suara berisik dan  kehebohan tentang buka tutupnya warung di bulan puasa. Masyarakat di kota Padang  sudah membaur dan saling menghormati. Dalam kehidupan sehari harian, kami mengunakan bahasa Padang,termasuk yang disebut sebagai non pribumi. Silakan ditengok di daerah Pondok ,Kampung Tionghoa, setiap pagi , di kedai kopi warga Padang sarapan sate Padang dan minum kopi bersama sama. Tidak ada sekat ,apalagi sampai saling mencurigai.

Dan bila tiba bulan puasa, rumah makan dan kedai kopi, serta semua warung , selalu mengunakan kain penutup. Kalau dihari hari biasa,masakan dipajang secara terbuka di belakang kaca yang transparan,setiap bulan puasa ,semua sudah ditutupi dengan kain gorden,sehingga tidak tak lagi tampak dari luar.Bagi yang menjalankan ibadah puasa tetap menjalankan tanpa terganggu ,sedangkan yang tidak berpuasa, dapat menikmati makan siangnya ,dengan tenang,

Tidak Perlu Perda Perdaan .Apalagi Sweeping Segala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun