Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Merawat Relationship dan Hubungan Kekeluargaan dengan Setulus Hati

2 September 2025   08:39 Diperbarui: 2 September 2025   22:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan (FREEPIK/LIFESTYLEMEMORY)


Agar Awet Sepanjang Hayat

Kata “tulus” tidak bisa dimatematikakan. Ia memiliki ruang tersendiri dalam hati setiap insan. Arti tulus bagi seseorang belum tentu sama dengan arti tulus bagi orang lain. Karena itu, makna tulus sering kali menjadi bias dan kehilangan energi sakralnya. Hampir setiap orang mengaku tulus, tetapi persepsinya berbeda-beda. Tidak jarang, pembicaraan tentang ketulusan justru membuat kening berkerut.

Misalnya, ketika seorang suami berkata kepada istrinya:

"Sayang, aku sudah bekerja mati-matian siang dan malam, dengan setulus hati. Hargai dong ketulusanku. Rapikan rumah dan urus anak-anak, supaya saat aku pulang bisa menikmati suasana rumah yang apik."

Nah, suami seperti ini sebenarnya tulus yang bagaimana? Tulus, tapi menuntut. Ia membantu, tetapi ada syaratnya: “Kalau aku berkorban untukmu, maka kamu juga harus memenuhi tuntutanku.” Bukankah ini penistaan terhadap kata tulus?

Contoh lain: “Aku mencintaimu dengan setulus hati dan segenap jiwaku. Jadi, tolonglah bantu aku melunasi hutang-hutangku. Perhiasanmu kan banyak.” Lagi-lagi, kata tulus dipakai sebagai baju yang indah, padahal isinya hanyalah kepentingan pribadi.

Tidak heran, begitu mendengar kalimat “Aku mencintaimu dengan setulus hati,” sebagian orang hanya bisa tersenyum kecut. Sebab, kata tulus sudah tercemar dan kehilangan marwahnya.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 


Cinta yang Tulus Itu Tidak Menuntut

Saat kehidupan sedang dilanda penderitaan, di situlah ketulusan cinta diuji. Ujian itu berlaku bagi suami maupun istri. Seberapa kuat ketulusan cinta mampu bertahan, akan ditentukan oleh perjalanan waktu.

Sebagai kepala keluarga, memang wajar bila tanggung jawab kelangsungan hidup ada di pundak seorang suami. Kerja keras siang dan malam, bahkan ketika tubuh sakit, sungguh membutuhkan ketulusan yang berakar dalam hati. Namun, ketulusan sejati tidak akan menuntut pasangan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun