Hal-Hal Sangat Biasa Bagi Kita, Ternyata Luar Biasa Bagi Orang Lain
Satu lagi pelajaran hidup yang saya dapatkan: hal yang bagi kita terasa sangat biasa, seperti makan bersama anak anak, berenang bersama, main bowling, menerbangkan drone, atau memancing bersama putra putri,ternyata bagi orang lain bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.
Bagi kami, meskipun putra putri sudah berkeluarga dan bahkan sudah ada yang menjadi menantu, hubungan kami tetap hangat dan dekat seperti dulu. Momen berkumpul tidak pernah terasa canggung, justru menjadi energi yang mempererat tali kasih di antara kami.
Namun, suatu hari saya tersadar. Ada seorang kerabat di Jakarta yang berkata sambil lirih:
“Om, saya iri membaca tulisan Om yang disertai foto foto makan bersama anak, menantu, cucu, bahkan cicit.
Bagi saya dan istri, makan bersama keluarga itu sangat langka, paling setahun sekali.”
Mendengar itu, hati saya terenyuh. Betapa sesuatu yang bagi kami terasa biasa, ternyata bagi mereka adalah kemewahan yang jarang sekali mereka alami.
Sebaliknya, hal yang bagi orang lain terasa sepele, mungkin justru sangat berarti bagi kami.
Inilah pelajaran berharga dari “Universitas Kehidupan”kampus tanpa gedung dan tanpa ijazah, namun penuh warna, dan ilmunya tak pernah kita dapatkan di universitas mana pun di dunia ini.
Apa yang bagi kita dianggap sepele, boleh jadi sangat berarti bagi orang lain. Dan apa yang kita anggap pencapaian luar biasa hasil kerja keras puluhan tahun, mungkin bagi orang lain bisa diraih hanya dalam sehari.
Untuk mendapatkan gelar doktor, mungkin cukup lima tahun. Tetapi untuk lulus dari ujian di “University of Life”, kita harus belajar seumur hidup,dengan hati yang terbuka, pikiran yang rendah hati, dan kesediaan untuk menghargai hal-hal kecil yang sering luput dari syukur kita.