Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hal Yang Paling Membahagiakan Bagi Seorang Penulis

12 Maret 2025   10:33 Diperbarui: 12 Maret 2025   10:33 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Getty images 

Menulis bukan sekadar merangkai kata, tetapi juga perjalanan jiwa. Setiap orang memiliki alasan masing-masing untuk menulis, dan bagi saya, menulis adalah:

Terapi diri
Hobi yang menyenangkan
Sarana berbagi pengalaman hidup
Cara belajar menulis lebih baik
Latihan konsistensi
Bentuk disiplin dalam menaklukkan diri sendiri
Jalan untuk menjaring pertemanan
Sarana membuka wawasan 


Namun, ada satu hal yang memberikan kebahagiaan tersendiri bagi seorang penulis: ketika tulisannya tidak hanya dibaca, tetapi juga dikomentari, dibagikan, dan bahkan dipajang di blog orang lain.

Tasanya sangat menyenangkan saat mengetahui bahwa tulisan yang kita buat dengan penuh ketekunan tidak terbuang sia-sia. Sebaliknya, ketika tulisan kita dipajang di blog orang lain dan dijadikan referensi, itu adalah sebuah penghargaan yang luar biasa.

Menulis bukan sekadar mengetik kata-kata. Ada proses berpikir, perenungan, dan tentu saja pengorbanan waktu. Berjam-jam kita habiskan di depan layar, terkadang harus menahan kantuk, bahkan menulis sambil dalam perjalanan dengan laptop di pangkuan. Semua itu terbayar lunas ketika ada orang lain yang merasa terbantu atau terinspirasi oleh tulisan kita.

Tulisan yang Tetap Hidup di Blog Lain

Saya pernah secara acak mencari tulisan-tulisan lama saya di internet dan menemukan bahwa beberapa di antaranya masih terpajang di blog orang lain. Beberapa di antaranya adalah:

"Melihat Islam yang Sesungguhnya" -- Dimuat di Konfrontasi.com

"Papa Mama, Ini Semua Isi Tabungan Saya" -- Dipajang di blog robertusronald.blogspot.com

"Resep Sederhana Mengubah Nasib" -- Ditampilkan di tommyfunz.blogspot.com

"Kisah Tukang Sapu Jadi Pemilik Toko Halal" -- Dibagikan di majalahpengusaha.blogspot.com

"Kisah Nyata! Bagi yang Merasa Hidupnya Sulit" -- Dipublikasikan di 9breakingnews.blogspot.com

Saya tidak pernah meminta mereka untuk memajang tulisan saya. Namun, ketika saya menemukan bahwa artikel-artikel tersebut masih ada di sana, saya merasa sangat bersyukur. Ini adalah bukti bahwa tulisan saya memiliki nilai bagi orang lain.

Bukan di Blog Beken, Tapi Tetap Bermakna

Mungkin tulisan-tulisan saya tidak dimuat di blog-blog terkenal atau media besar, tetapi itu bukanlah hal yang utama. Yang jauh lebih penting adalah tulisan tersebut memiliki manfaat bagi orang lain.

Ini menjadi motivasi bagi saya untuk tetap menulis, tetap berbagi, dan tetap memberikan sesuatu yang bisa dikenang.

 Menulis bukan sekadar mengejar jumlah pembaca atau popularitas. Bagi saya, kepuasan terbesar adalah ketika ada seseorang di luar sana yang merasa terbantu, tersentuh, atau mendapatkan inspirasi dari apa yang saya tulis.

  • Menulis dan Pembaca: Sebuah Hubungan Saling Menguntungkan

Sebagai penulis, kita perlu memahami bahwa tanpa pembaca, tulisan kita tidak akan memiliki arti. Sebaliknya, tanpa penulis, para pembaca tidak akan memiliki bahan bacaan yang bisa mereka nikmati, pelajari, atau renungkan.

Menulis adalah jembatan antara pikiran penulis dan hati pembaca. Jika kita menulis dengan hati, maka tulisan kita akan menemukan jalannya sendiri untuk sampai ke hati pembaca.

Sering kali kita berpikir bahwa tulisan hebat harus penuh dengan referensi ilmiah, kutipan dari tokoh terkenal, atau menggunakan bahasa yang tinggi dan berbobot. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian.

Saya telah membuktikan bahwa tulisan yang menurut saya biasa-biasa saja, justru mendapatkan respons yang luar biasa. Salah satu contohnya adalah artikel saya berjudul "Ketika Hidup Terpuruk, Istri Rela Jadi Sopir Antar Jemput."

Tulisan ini sangat sederhana, tanpa unsur spektakuler. Namun, banyak pembaca yang memberikan komentar positif dan merasa terhubung dengan cerita tersebut. Ini membuktikan bahwa tulisan yang baik bukan selalu tentang kehebatan bahasanya, tetapi tentang seberapa dalam ia bisa menyentuh hati pembaca.

Menulis Bukan Tentang Jumlah Pembaca, Tapi Tentang Makna

Saya tidak pernah mengukur keberhasilan saya sebagai penulis dengan seberapa banyak orang membaca tulisan saya. Setiap orang memiliki perjalanan dan pencapaiannya sendiri.

Bagi saya, jika ada satu saja orang yang merasa tercerahkan, terinspirasi, atau mendapatkan manfaat dari tulisan saya, itu sudah lebih dari cukup.

Semoga tulisan kecil ini juga bisa memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Karena pada akhirnya, menulis adalah tentang berbagi, bukan sekadar mencari ketenaran.

Renungan kecil jelang siang 

Tjiptadinata Effendi 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun