Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biarkanlah Orang Lain Merasa Dirinya Lebih Hebat dari Diri Kita

23 Mei 2023   06:10 Diperbarui: 23 Mei 2023   07:35 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Karena Tidak Akan Mengurangi Apa Yang Ada Pada Kita

Dalam perjalanan hidup ,ada banyak kejadian yang kita alami. Terkadang menyenangkan,lucu dan sarat dengan tawa,tetapi terkadang terjadi hal yang menyebalkan hati kita .Misalnya ,sedang menunggu keberangkatan pesawat di Bandara,maka sebagai sesama penumpang yang duduk diruang tunggu,apalagi duduknya berdekatan,tentu tak ada salahnya saling bertegur sapa. Kalau lawan bicara tampak terbuka untuk diajak jadi teman bicara,maka pembicaraan dapat dilanjutkan dengan cerita ringan . Hal ini tak lebih sekedar mengisi waktu,agar tidak merasa bosan menunggu pengumuman penumpang diminta untuk boarding.

Tetapi terkadang bertemu dengan orang yang mendominasi pembicaraan dan tampak sangat ingin menjadi pusat perhatian,karena merasa dirinya lebih tahu dalam segala hal .Agar hal ini jangan sampai merusak suasana hati ,maka alangkah eloknya,kita memahami karakter orang pintar 

Orang yang  pintar sangat sulit untuk menerima sesuatu yang berbeda dengan dirinya,karena menurut pemahamannya kebenaran itu hanyalah sebatas dari apa yang diketahuinya. Diluar itu, logikanya tidak dapat menerimanya sebagai sebuah kebenaran. Karena ia merasa dirinya pintar.maka segala sesuatu yang berada diluar kemampuan berpikirnya dianggap tidak benar dan tidak mampu untuk menerimanya. Merasa diri lebih pintar daripada orang lain, maka secara sadar ataupun tidak dalam dirinya sudah  tertanam rasa keangkuhan diri. Hal ini disebabkan ,dirinya  hanya terpancang pada apa yang pernah dipelajarinya. Sedangkan hal-hal yang baru dan belum dipahaminya dianggapnya keliru dan ditolak. 

Kalau dianalogikan adalah ibarat trem yang hanya bergerak di jalur yang sudah dikhususkan baginya. Begitu jalur akan melengkung atau terputus, maka tram akan terhenti atau terbalik. Karena kegiatannya sudah terprogram dan tram hanya mampu bergerak dan berjalan sesuai jalur yang sudah di tetapkan baginya. Diluar itu, tram tidak akan dapat bergerak.


Karena itu, bila suatu waktu berhadapan dengan sosok orang yang sok pintar,sok kaya atau merasa diri paling hebat, jalan terbaik bagi kita adalah diam. 

Untuk apa membuang energy yang dapat merusak suasana hati hanya untuk melayani orang semacam itu?

Biarlah orang merasa diri lebih kaya, karena tidak akan mengurangi isi dompet kita.

Biarlah orang merasa diri paling hebat karena tidak akan mengurangi harga diri kita

Renungan kecil di pagi cerah

Tjiptadinata Effendi 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun