Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Belajar dari Liz Gilbert, Kata Maaf Untuk Diri Sendiri Dulu Sebelum Orang Lain

27 Mei 2024   06:39 Diperbarui: 28 Mei 2024   20:53 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan dan masanput sumber gambar shutterstock

Julia Robert (Elizabeth Gilbert atau Liz Gilbert), dalam film Eat, Pray and Love bertemu Richard asal Texas dalam perjalanannya ke Indonesia. Richard berkisah tentang rasa bersalah kepada keluarganya yang terus menghantuinya, atas semua kegagalan di masa lalunya.

Dalam kehidupan kita, masih banyak Richard-Richard lain yang juga belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Mereka mengalami kegagalan dalam pekerjaan, bisnis, bahkan keluarga, lalu menyalahkan dirinya sendiri berkepanjangan. Liz-pun juga berusaha menemukan dirinya dan berusaha untuk bisa "berdamai".

Anthony Dio Martin, seorang motivator, pernah menuturkan sebuah kisah lainnya, tentang seorang tua yang merasa tak pernah bisa tenang dan damai, padahal ia telah memaafkan kesalahan orang lain, dan orang lain juga telah memaafkan kesalahannya. Menurut Martin, sebabnya tidak lain karena "orang tua tersebut belum memaafkan dirinya sendiri".

Tak hanya orang dewasa, anak-anak kita pun ketika didera kegagalan, seperti tidak lulus masuk perguruan tinggi saja, banyak yang menyalahkan dirinya dan menganggap kegagalan itu sebagai "aib". Rasa itu terus disimpannya hingga bertahun-tahun kemudian dan menstimulasi psikologisnya sebagai "orang yang gagal".

Perasaan yang bisa saja tak pernah terungkapkan kepada orang lain menjadi "racun" yang buruk bagi pikirannya. Sehingga bisa memperngaruhi psikologis dan caranya bertindak, serta rasa percaya dirinya.

Di kelas yang saya ampu, banyak siswa dengan beragam masalah setiap hari pasti saya jumpai. Salah satunya, seorang siswa yang merasa bersalah karena ternyata ibunya meninggal saat melahirkan adik terakhirnya, dan ia merasa selama waktu itu justru sibuk dengan dirinya sendiri, sehingga ibunya jatuh sakit dan akhirnya meninggal. 

Ia terus menerus dihantui rasa bersalah. Berbagai berusaha melakukan pendekatan  untuk membantunya dengan menyarankannya meyibukkan diri dalam kegiatan positif disekolah, termasuk eskul yang saya bimbing siapa tahu bisa menjadi tempat curhatannya.


Kasus itu semakin membuat saya merasa bahwa setiap siswa memang punya masalah masing-masing yang tidak sederhana. Sebagiannya muncul dalam bentuk perilaku yang cenderung pendiam atau sebaliknya menjadi seorang pemberontak dan di cap "anak bandel" di sekolah.

Ilustrasi remaja dan masalahnya sumber gambar IDN Times
Ilustrasi remaja dan masalahnya sumber gambar IDN Times

Memaafkan Diri Sendiri

Cobalah untuk memaafkan diri sendiri terlebih dulu. Sebuah penelitian menarik dilakukan Dr. Luskin tentang Standar Forgiveness Project, hasilnya, ternyata orang yang telah belajar teknik dan filosofi memaafkan, akhirnya benar-benar bisa memaafkan dirinya dan 70 persen dari mereka merasa hidup lebih sehat dan bahagia dari sebelumnya.

Dan yang paling menarik dari penelitian itu adalah ketika diawal penelitian ke-259 pesertanya terlebih dulu diminta untuk memaafkan diri mereka. Mengapa?.

Dalam banyak film kita temukan tokoh yang tinggal disebuah tempat terpencil, baik kepada setiap orang dan cenderung menjadi orang yang pemaaf, tapi justru kepada dirinya sendiri ia merasa terus dihantui rasa bersalah.

Mungkin sebagian dari kita pernah menonton film "Rambo"---tentara depresi korban Perang Vietnam yang terus menerus berusaha untuk menghindari kehidupan yang sibuk dengan tinggal di sebuah desa yang sepi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun