Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek dan Angpao Ibarat Sekeping Mata Uang

27 Januari 2022   19:55 Diperbarui: 27 Januari 2022   19:58 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengingatkan Orang Untuk Hidup Berbagi

Imlek dan Angpao dapat dianalogikan bagaikan sekeping mata uang ,karena setiap kali perayaan Imlek tiba,maka selalu akan ada acara bagi bagi angpau. Imlek tanpa angpau berarti tidak sah. 

Bagi-bagi angpau tidak hanya dikalangan orang berduit,tapi juga dalam keluarga yang hidup berkekurangan .Tapi tentu saja berbeda nilai nominal yang ada dalam bungkusan kertas merah ,yang disebutkan :"Angpau" 

Walaupun dalam keluarga kami,bahasa Mandarin sama sekali tidak lagi digunakan,karena kami terlahir di kota Padang,tetapi tradisi bagi bagi Angpau masih tetap dijaga kelestariannya. 

Setiap tahun,sebelum Imlek ,malamnya disebutkan sebagai :"Tahun Baru Kecil",dimana ada meja sembahyang ,sebagai ucapan rasa syukur untuk tahun yang sudah dapat dilalui dengan selamat. 

Bagi keluarga yang kondisi keuangannya memadai, biasanya mempersembahkan babi bulat ,yang dilengkapi dengan jeruk  dan 2 batang tebu yang digali bersama akarnya dan dipasang pita warna merah. Acara ini disebut :"Sembayang Tuhan ",yakni acara syukuran . 

Menurut tradisi,sewaktu menggali tebu bersama akarnya,daunnya harus lengkap dan tidak boleh dilangkahi. Kalau sudah dilangkahi,maka tebu tersebut dianggap tidak layak lagi untuk dipersembahkan kepada Yang Maha Kuasa.  

Saya tahu persis,karena kebetulan tempo dulu,di Padang satu satunya yang menjual tebu komplit adalah dirumah orang tua kami. Saya yang menggali bersama akarnya, dengan tangan sendiri Tebu yang sudah digali,tidak boleh dibiarkan tergeletak ditanah,tapi harus diletakan dengan posisi berdiri. 

Aturan dan Pernak Pernik Yang Harus Dipatuhi

Sewaktu membeli tebu atau jeruk ,tidak boleh ditawar. 

Jadi berapa disebut harganya oleh si Penjual,harus dibayar tunai.nggak pakai utang. 

Bagi yang kondisi keuangan tidak memadai,jeruk boleh diganti dengan buah Srikaya

Dengan catatan, harus dipetik bersama dengan tangkai dan daunnya.

Begitu juga dengan jeruk ,harus dipetik bersama dengan tangkai dan daunnya.

Sama halnya dengan tebu,kedua barang yang akan dijadikan persembahan ini ,tidak boleh dilangkahi oleh siapapun. Kemudian ada tebu yang dipotong potong serta dibersihkan kulitnya serta disusun diatas piring. 

Seluruh anggota keluarga harus bergadang hingga lewat tengah malam,agar orang tua panjang umurnya.Dan pada tahun baru kecil dilarang keras menyapu rumah,karena bila disapu,maka hokki akan ikut tersapu.

ket foto: bersama sanak keluarga di Payakumbuh ,sewaktu sebelum covid 19 /dokumentasi pribadi
ket foto: bersama sanak keluarga di Payakumbuh ,sewaktu sebelum covid 19 /dokumentasi pribadi

Kembali ke Judul

Pagi hari,anak anak mulai memberikan penghormatan kepada kedua orang tua,dengan jalan "soja" yakni merangkap kedua belah tangan didepan dada dan memberi hormat kepada kedua orang tua.  Bagi pengantin baru ,tidak cukup dengan "soja" tapi harus berlutut didepan kedua orang tua.

Untuk anak anak yang belum menikah,orang tua akan memberikan angpau ,sesuai kondisi keuangan keluarga  Sedangkan anggota keluarga yang sudah menikah,wajib memberikan angpau kepada anggota keluarga yang masih kecil.

Pemberian angpau tidak hanya kepada anggota keluarga,tapi juga semua anak anak yang datang dan mengucapkan :"Selamat Tahun Baru Imlek " dengan memberikan hormat dengan :"soja" 

Aturan Tentang Angpau

Jumlah Angpau tidak boleh ganjil

angka ganjil untuk ikut berduka cita 

tidak memberi angpau dengan nilai 4 

karena angka 4 dianggap membawa sial/kematian

angka yang terbaik adalah 8 

atau boleh juga nilai yang genap

wajib diberikan dalam bungkusan berwarna merah

Anak Memberi Angpau Kepada Orang Tua

Bila kedua orang tua,sudah pensiun dan tidak lagi bekerja,maka anak anak yang sudah menikah ,memberikan angpau kepada kedua orang tua,yang nilai nominalnya,sesuai kemampuan anak . 

Warna merah adalah melambangkan suka cita dan kebahagiaan,karena itu walaupun motifnya berbeda,tapi warna angpau diseluruh dunia sama,yakni :"warna merah" 

Tradisi bagi bagi angpau ini jauh dari maksud pamer diri,melainkan untuk mengaplikasikan hidup berbagi . Tidak hanya dalam lingkungan keluarga ,tetapi semua anak tetangga yang datang mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek. 

Sewaktu masih tinggal di Wisma Indah,anak anak sekampung antrian datang kerumah kami,karena isteri saya sudah mempersiapkan dua pak lembaran uang kertas 1000 rupiah yang masih baru dan khusus ditukar di bank. Pada tahun 1980 an ,uang 1000 rupiah bagi anak anak,masih berarti.

Walaupun sudah tinggal di Australia,tapi tradisi bagi angpau ini masih kami rawat terus. Setiap tahun kami berdua masih tetap dapat Angpau dari anak anak kami dan sebaliknya,kami memberikan angpau kepada semua cucu yang belum menikah dan tentunya kedua cicit kami.. 

Kalau sahabat Kompasianers ketemu kami pas Imlek,akan kami bagikan angpau,tapi mohon maaf hanya bagi yang masih jomlo hehehe

Catatan: Tulisan ini adalah cuplikan dari pengalaman hidup sebagai orang keturunan Tionghoa. Jadi bukan merupakan patokan resmi. Bilamana ada yang tidak tepat atau kurang,maka hal tersebut adalah pendapat pribadi saya dan tidak mengatas namakan komunitas Tionghoa

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun