Tradisi bagi bagi angpau ini jauh dari maksud pamer diri,melainkan untuk mengaplikasikan hidup berbagi . Tidak hanya dalam lingkungan keluarga ,tetapi semua anak tetangga yang datang mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek.Â
Sewaktu masih tinggal di Wisma Indah,anak anak sekampung antrian datang kerumah kami,karena isteri saya sudah mempersiapkan dua pak lembaran uang kertas 1000 rupiah yang masih baru dan khusus ditukar di bank. Pada tahun 1980 an ,uang 1000 rupiah bagi anak anak,masih berarti.
Walaupun sudah tinggal di Australia,tapi tradisi bagi angpau ini masih kami rawat terus. Setiap tahun kami berdua masih tetap dapat Angpau dari anak anak kami dan sebaliknya,kami memberikan angpau kepada semua cucu yang belum menikah dan tentunya kedua cicit kami..Â
Kalau sahabat Kompasianers ketemu kami pas Imlek,akan kami bagikan angpau,tapi mohon maaf hanya bagi yang masih jomlo hehehe
Catatan: Tulisan ini adalah cuplikan dari pengalaman hidup sebagai orang keturunan Tionghoa. Jadi bukan merupakan patokan resmi. Bilamana ada yang tidak tepat atau kurang,maka hal tersebut adalah pendapat pribadi saya dan tidak mengatas namakan komunitas Tionghoa
Tjiptadinata Effendi