Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Inilah Jajan Saya Sewaktu Kecil

4 Desember 2021   20:07 Diperbarui: 4 Desember 2021   20:12 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diantara kelapa yang dibelah dan airnya ditampung di ember besar,terkadang ada "tombong kelapa" seperti tampak pada gambar diatas. Saya baru tahu,bahwa nama lain dari Tombong,adalah Kentos. Karena dianggap akan merusak cita rasa minyak,maka kentos ini dikeluarkan dan dibuang kedalam ember yang berisi air kelapa.  Inilah yang saya tunggu setiap hari. Dan beruntung,saya diizinkan untuk mengambilnya. 

Tombong kelapa ini terbentuk,bila ada diantara buah kelapa yang masih dalam sabut ini,tertinggal berbulan bulan,maka tumbuhka kecambah sebagai cikal bakal pohon kelapa Bila masih kecil,maka tombong kelapanya enak dan gurih rasanya. Tapi kalau sudah besar ,akan terasa tawar.

Tetapi tidak ada yang saya buang.Semuanya saya bawa pulang atas izin dari Koh Tong.yang empunya pabrik minyak tersebut. Bahkan bila dalam tumpukan kelapa ada satu buah kelapa muda yang terselip,maka akan dikeluarkan dan diberikan kepada saya,karena bila kelapanya peras,santannya akan merusak cita rasa minyak yang akan dihasilkan ,karena masih terlalu muda.Saya bawa pulang untuk dibagikan pada adik dan saudara saya yang lainnya.

Cirik Minyak

Ampas dari proses pembuatan minyak adalah dalam bentuk gumpalan  yang berwarna coklat kehitaman,yang disebutkan sebagai :"Cirik minyak" Biasanya oleh Koh Tong dijual kepada sebagai makanan ternak .Tapi untuk saya selalu diberikan satu tempurung penuh,karena saya ikut membantu membersihkan gudang kelapanya. Cirik minyak ini saya berikan kepada ibu saya untuk diolah jadi sambal balado ,yang kami makan bersama daun daun keladi yang tumbuh disemak semak di halaman belakang rumah kami di Pulau Karam.

Seperti itulah cuplikan kehidupan kami semasa kecil. Setiap pulang sekolah,pakaian saya buka dan tinggal celana pendek tanpa baju,karena pada waktu itu kain sangat mahal. Tidur saya hanya berselimut kain sarung bekas ibu saya yang sudah robek .

Karena itu setiap kali ingat dan terbayang akan hal ini,sungguh saya merinding... merasa seakan akan mimpi ,kami saat ini bisa tinggal di Australia.Sungguh Mahabesar Tuhan 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun