Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tetiba Menjadi Cengeng

29 Agustus 2021   06:07 Diperbarui: 29 Agustus 2021   07:19 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: tjiptadinata dan abdul azis

Membaca Tulisan dari Ananda Abdul Azis 

Entah mengapa tetiba pagi ini,sambil mereguk secangkir capuccino hangat yang disediakan isteri tercinta,didepan mata saya terpampang tulisan :
Teruntuk Ayah Tjiptadinata : Tulisan Kasih dan Sayang "

Tanpa terasa saya jadi cengeng. Padahal saat saya terluka parah,tertusuk bambu runcing dari paha hingga ke batas perut,jatuh dari pohon dengan kepala menghantuam bumi,saya tidak pernah mengeluarkan setetes air mata. Tapi saat ini saya tidak mampu membendung tetesan air mata membasahi laptop didepan  saya. 

Walaupun sudah menulis lebih dari 5.800 judul tulisan,tapi khusus untuk menuangkan rasa hati membaca tulisan sebagai kado terindah dari ananda Abdul Azis,saya sungguh kehilangan kata kata. Saya masih ingat ,tulisan dari pak Ikhwanul Halim ,yang menuangkan rasa penyesalannya,karena ternyata tulisan ini ,tidak termuat dalam bukau 150 Kompasianer Menulis.

Phisik Belum Pernah Bertemu Tapi Jiwa Sudah Akrab

Berbeda dengan puluhan sahabat Kompasianers yang sudah pernah saling bertemu,seperti misalnya Pak Irwan Rinaldi Sikumbang pak Katedrajawen, ananda Rosmani Huang, Christie Darmayanti, Maria Margaretha, Listhiah, Ahmad Suwefi , Thamrin Dahlan,Thamrin Sonetta ,H.Wijaya Kusumah,H .  Edy Supriatna Syafei,Ikhwanul Halim , Reno  dan mbak Muthiah Alhazany dan banyak lagi yang tidak dapat saya tuliskan disini Kalau dengan ananda Azis,belum sekalipun kami sempat bertemu. 

Tapi seakan hati kami sudah menjadi akrab,sehingga saya dipanggil sebagai Ayah. Bukan perkara mudah orang memanggil "Ayah" pada sosok yang belum pernah ditemuinya,tapi itulah yang terjadi. 

Kami dipanggil Ayah dan Bunda ,bahkan ananda Hera Veronica menyebut kami :"Opa dan Oma tersayang".sungguh menghadirkan rasa haru dikedalaman hati. Ada panggilan mesra :"Ayahanda dan Bunda  dari ananda Siska Dewi, Ari Budiyanti ,Sitti Nur Hazhanah ,serta Opa dan Oma" sungguh melambungkan rasa syukur kami berdua kehadiran Tuhan.karena kami ada dalam hati begitu banyak orang yang mengasihi kami berdua,seperti juga kami mengasihi semua sahabat kami dimanapun berada. Bagi kami berdua,persahabatan sungguh merupakan harta tak ternilai

Untuk menuliskan kata'Almarhum" dibelakang nama Ananda Abdul Azis,sungguh saya tidak tega. 

Untuk menyematkan kata:"Almarhum" dibelakang nama Abdul Azis,sungguh saya tidak tega.Begitu juga untuk menghapus persahabatan dengan orang orang yang sudah meninggal .Apalagi belakangan ini,kepergian sosok sahabat ,seakan sudah menjadi irama hidup. Sehingga setiap kali membuka pesan WA, saya jadi deg degan,apalagi bila dimulai dengan kalimat :"Satu lagi sahabat kita di panggil Tuhan........"

Izinkanlah saya mengutip beberapa baris dari tulisan pak Ikhwanul Halim:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun