Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kerja Keras Siang Malam? Bersyukurlah

23 Juni 2021   10:09 Diperbarui: 23 Juni 2021   10:31 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: quote.fancy .com

Orang Yang Terbaring Sakit Justru Merindukan Ada Kesempatan Kerja Keras 

Berkeluh kesah hanya merupakan perwujudan bahwa kita adalah orang yang tidak tahu menyukuri karunia Tuhan.

"Bayangkan, saya harus bangun pagi dan buru buru mandi karena harus kerja, hampir tidak ada kesempatan untuk beristirahat"

Itu adalah keluhan standar yang sudah membosankan kita mendengarnya. Lupa bersyukur, bahwa di luar sana, ada jutaan orang yang menyandang gelar sarjana, sangat merindukan akan mendapatkan pekerjaan, tapi belum berhasil. Nah, kita yang sudah dapat pekerjaan tetap, bukannya bersyukur, malahan berkeluh kesah sepanjang hari.

Bagi yang sudah pernah tergeletak berbulan bulan karena sakit, pasti sudah paham akan maksud tulisan ini. Dan saya bukan hanya pernah, tapi sudah beberapa kali tergeletak di tempat tidur karena sakit yang komplikasi dan harus dioperasi berulang kali. Pada saat terbaring, saya berdoa, "Ya Tuhan, berikanlah jalan kesembuhan kepada saya, agar saya dapat berkerja untuk keluarga."

Karena itu, setelah sembuh, semangat kerja saya menyala-nyala. Karena mendapatkan kesempatan bisa berkerja kembali, setelah sempat terbaring berbulan bulan di tempat tidur, sungguh merupakan kenikmatan dan kebahagiaan tak ternilai.

Ada Kalanya Lebih Baik Bekerja Dalam Diam

Tidak semua kegiatan perlu diupload di dunia maya, hanya sekadar untuk mendapatkan sanjungan dari para sahabat kita. Ada kalanya perlu kita bekerja dalam diam. Dan kelak bila sudah berhasil, maka tanpa perlu diri kita yang mempromosikan diri pribadi, akan ada orang lain yang akan mempromosikan diri kita. 

Pada awal saya mendirikan Yayasan Waskita Reiki di tahun 1998, banyak teman yang menertawakan dan malahan secara sinis, mengatakan saya sudah jadi dukun dan pindah agama, hanya karena kami ke Tibet mendalami teknik penyembuhan alami reiki ini. Tapi saya tidak pernah terhenti oleh segala ocehan di dunia maya dan terus bekerja dalam diam.

Kelak, saat kami sudah mengelilingi seluruh nusantara dan tampil di berbagai stasiun televisi untuk dialog interaktif, maka tanpa perlu mempromosikan diri sendiri, secara tidak langsung berbagai stasiun televisi dan koran sudah membantu mempromosikan diri saya. Bahkan tidak berlebihan bila saya katakan, sempat menjadi Selebriti dan disambut oleh ratusan orang, ke manapun kami berkunjung.

Tulisan ini bukan bentuk pamer pencapaian, melainkan sekadar informasi dan inspirasi, agar tidak semua kegiatan kita sikit-sikit perlu diupload di dunia maya, karena dapat mengakibatkan kita terbuai oleh sanjungan dan puji-pujian, sehingga tidak lagi fokus pada apa yang ingin kita raih dalam hidup ini. 

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun