Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertama bersama Komunitas Afrika

6 Juni 2021   05:21 Diperbarui: 6 Juni 2021   12:07 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi /silakan perhatikan perbandingan tinggi antara isteri saya dan Grace dari Afrika

Ceritanya, saat berkunjung ke salah satu mall di malam hari ia melihat ada restoran "All you can eat". Wah  senang banget hatinya karena memang sudah lapar. Tapi dalam dompet  cuma ada uang 50 dolar. Saat dipersilahkan masuk John bilang pada si mbak bahwa uangnya cuma 50 dolar. Tapi kata si mbak sudah cukup .

Maka ia masuk dan makan sepuasnya  dan ternyata menurut John ketika ia menyerahkan 50 dolar.eee masih ada kembaliannya. Tapi saking senangnya ia mengatakan "tidak usah dikembalikan" Wah, si mbak senang banget cerita John sambil tertawa ceria. Sejak malam itu, selama Kapalnya masih bersandar di pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya John setiap malam datang untuk "all you can eat" dengan "hanya" 50 dolar. Katanya dirinya sangat senang dan si nona yang melayani di restoran juga senang, jadi kami sama sama senang " kisahnya sambil tertawa ceria.

Belum sempat John melanjutkan kisahnya, puteranya Salvatory juga mau bercerita pada saya. Dalam waktu hanya beberapa menit kami yang duduk semeja serasa sudah saling kenal sejak lama Padahal belum sampai 5 menit Berulang kali John bilang " I love  Indonesia" dan tentu saja sebagai orang Indonesia, senang banget mendengarkan orang senang akan Indonesia. Entah senang akan makanannya .entah senang karena merasa 50 dolar sangat murah tidak perlu dipikirkan. Yang penting mereka senang .Yes! 

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Makan Malam Dimulai

Kalau dituliskan semua kisah di meja makan bisa jadi sebuah buku novel. Karena itu langsung saja pada acara makan malam. Inilah pertama kalinya kami hadir dalam jamuan makan malam di komunitas orang Afrika.  

Semua berjalan dengan tertip dan tak seorangpun berusaha untuk motong jalur. Sepanjang meja tampak tersusun rapi aneka ragam masakan khas Afrika. Sejujurnya inlah pertama kalinya kami mencoba masakan Afrika. Sepintas tampaknya mirip dengan masakan Padang. 

Makanannya banyak banget, tapi gimana ya rasanya? Tetiba mata saya melihat ada telur sambal lado. Wuih, senang banget berarti pas selera orang Padang, Maka saking antusias 2 sendok sambal lado sudah berpindah ke piring makan saya dan dua sendok nasi goreng serta sepotong ikan. Isteri  saya mengambil ayam balado dan kami kembali ke kursi . Pada saat yang hampir bersamaan John dan teman duduk kami juga sudah siap santap malam. Kami berdoa sesaat dan kemudian mulai makan.

 Tapi begitu suapan pertama masuk kemulut dan saya kunyah mendadak telinga saya terasa panas.. wuiih ternyata cabe rawit .. Rasanya mau saya keluarkan tapi kan tidak sopan.

Saya tengok John juga buru buru menghabiskan sebotol air katanya pada saya "For Indonesian not spicy". Dan tidak mau kalah gengsi, saya jawab :"O yaa" tapi wajah saya rasanya seperti monyet termakan cabe rawit.

Demi gengsi saya telan juga makanan super hot tersebut dan ikut ikutan bilang "not hot" padahal air sebotol penuh sudah saya salin dari botol kedalam perut demi menenangkan cabe rawit yang merajalela dalam usus .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun