Akibatnya ia hanya menjalani  hidup sambil terus meratapi kemalangan yang  dialami di masa lalu, yang konsekuensi buruknya  masih terus berlanjut  hingga kiniÂ
Tipe orang yang masuk dalam kriteria ini adalah  orang yang merasa sudah cukup puas asal saja bisa makan .Padahal orang memang butuh makan untuk hidup.tapi kehidupan tidak semata mata untuk makan. Â
Padahal hidup dan kehidupan  bukanlah garis vertikal tegak lurus yang panjang. Bukan seperti  sebutir peluru yang ditembakan lewat laras senjata yang sekali lepas maka arahnya sudah ditentukan dan tidak dapat diubah lagi. Â
Hidup sesungguhnya  adalah kesempatan untuk membuat perubahan  dan semuanya ada ditangan kita masing masing Menentukan hidup semacam apa yang kelak akan dijalani di masa depan dengan setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil saat ini dan sama sekali  bukan oleh hanya satu momen di masa lalu.
Bagaimana Menemukan Titik Balik Dalam Kehidupan Kita?
Membuka pikiran dan hati untuk menerima masukan dari setiap peristiwa yang mungkin merupakan jalan untuk menemukan titik balik dalam kehidupan kita.Â
Tidak jarang hal hal yang tampaknya sepele dan diabaikan justru adalah merupakan celah atau peluang untuk menemukan turning point dalam hidup kita.Â
Sebaliknya kalau orang sudah menutup dirinya dan merasa yakin bahwa sudah nasibnya menjadi kuli seumur hidup, maka ia tidak akan pernah menemukan titik balik dalam kehidupannya. Walaupun disodorkan kesempatan di depan matanya,ia akan menolak dan tidak yakin diri.Â
Padahal hidup bukan hanya untuk hari ini. Dengan hanya mengandalkan bahu dan otot untuk kerja keras,hanya akan menghasilkan uang untuk dimakan hari ini.Â
Bila suatu saat, terjadi peristiwa yang menyebabkan diri tidak lagi kuat untuk bekerja keras dengan otot, maka baru orang sadar diri bahwa dirinya  tidak memiliki tiang untuk bersandar dan tidak memiliki atap untuk tempat berteduh .Â
Berbagi Pengalaman Pribadi
Saya menemukan titik balik dalam kehidupan pribadi,justru melalui jalan yang tampaknya sangat sepele Suatu sore saya ketemu dengan , Syam sahabat lama  yang sudah sukses.Â
"Pak Effendi, kalau ada waktu, kita ngobrol di kantor saya sore ini, Saya tunggu ya," katanya, karena pagi itu ada urusan penting. Tentu saja ajakan ini saya terima dengan berbesar hati.Â