Dan Ghosting Seumur Hidup
Belakangan ini kata "Ghosting" mendadak menjadi laris manis dan dalam waktu dekat menjadi viral. Hal ini diakibatkan karena yang terlibat ghosting ghostingan bukan orang biasa, tapi putra dari sosok orang nomor satu di republik ini. Tapi saya tentu saja tidak mau ikutan latah, menulis tentang aneka ragam gossip tentang pernak pernik Ghosting ini. Malu dong, sama anak mantu dan cucu-cucu. Â
Hanya saja, saya teringat semasa masih muda. Rambut masih hitam dan  gigi belum ada yang ompong, sehingga banyak fans di kalangan remaja, khususnya sesama siswa di sekolah yang sama. Saya senang bergaul dengan siapa saja sehingga  para tetangga selalu menyapa setiap kali saya lewat di depan rumah mereka.Â
Salah seorang tetangga yang sama sama belajar di sekolah yang sama, setiap kali melewati depan rumahnya, ternyata bertepatan ia juga sedang bersiap siap mengayu sepedanya. Maka akhirnya kami jalan bareng. Maksudnya masing masing naik sepeda, tapi jalannya bareng, sambil mengobrol ringan. Dan kebetulan demi kebetulan in, lama kelamaan tanpa terasa menjadi suatu kebiasaan, yakni setiap kali berangkat ke sekolah, Laila (bukan nama sebenarnya) sudah standby di atas sepeda sport modelnya. Dan begitu saya tiba, langsung kami jalan bareng lagi. Hal ini berlangsung selama beberapa bulan, hingga suatu hari entah mengapa, Laila berubah secara total.
Semua siswa siswi di sekolah sudah tahu bahwa hati saya sudah menjadi milik dari seorang siswi di sana yang bernama Lina. Tapi hal ini tidak langsung membuat saya menutup diri terhadap pergaulan. Saya tetap ramah kepada siapapun, termasuk kepada Laila. Â Suatu ketika, Laila tidak tampak menunggu saya di depan rumahnya. Dan setelah menunggu beberapa saat, Laila juga tidak tampak keluar, maka karena memang tidak pernah berjanji akan menjemputnya setiap hari, maka saya langsung mengayuh sepeda menuju ke sekolah.Â
Saat lonceng masuk berbunyi, tampak Laila baru tiba dengan sepedanya dan buru buru meletakan sepeda dan langsung masuk kekelasnya dan saya juya juga masuk ke ruang kelas saya, karena memang jurusan kami berbeda. Saat istirahat makan siang,saya hampiri dan berkata, "Tadi saya tunggu, tapi Laila tidak keluar rumah, makanya saya jalan terus, sorry ya" Tapi Laila sama sekali tidak menjawab .Hanya tampak air matanya berlinang linang.
Tidak Merasa Bersalah tapi Merasa Menyesal
Saya sama sekali tidak terpikir untuk menanyakan lebih lanjut, mengapa atau ada apa? Karena dalam hati saya memang tidak ada hubungan khusus, selain dari sama sama satu sekolah dan kami bertetangga. Sejak saat itulah, Laila tidak pernah lagi menyapa saya. Setiap kali berpapasan ia tampak buru buru menghindar, dengan mata yang basah.Â
Belakangan, saya dapat kabar dari Lina, bahwa Laila sudah pindah ke pulau yang jauh, tapi sama sekali tidak ada kabar beritanya. Kemudian dapat kabar ia menikah dengan pria lokal. Tapi selang beberapa waktu kemudian dapat berita duka Laila meninggal dalam usia yang relatif masih muda. Walaupun saya tidak merasa bersalah karena tidak pernah menjanjikan apapun apalagi sampai bicara mengenai cinta, tapi ada secercah penyesalan karena kemungkinan saya terlalu ramah sehingga menyebabkan orang salah menafsirkan. Â
Tapi penyesalan memang datang selalu terlambat. Karena itu bagi muda mudi, kalau sudah punya pilihan hati, janganlah bersikap terlalu ramah lagi pada orang lain yang berlawanan jenis, karena dapat mengakibatkan orang terluka hatinya, seperti yang saya tuliskan.
Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, dengan harapan ada manfatnya bagi kaum mudaÂ
Tjiptadinata Effendi