Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih Mati sebagai Pengkhianat atau Pahlawan?

18 September 2020   22:30 Diperbarui: 19 September 2020   04:01 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi :hipernet,com

Cuplikan dari Kisah   Perang Dunia Ke II

Kami kenal Frans asal Italia karena sering bertemu di Senior Club. Seperti biasanya, orang-orang yang hadir di sana rata-rata sudah berusia 65 tahun ke atas. Sesuai dengan patokan usia yang diberikan pemerintah setempat untuk mendapakan Senior Card, wanita sudah berusia minimal 65 tahun dan pria sudah berusia minimal 70 tahun keatas.

Kemudian masing-masing mencari tempat duduk dan mengobrol dari A hingga Z. Kebanyakan isi cerita adalah berbagi kisah tentang negara masing-masing.  Salah seorang yang termasuk paling senior adalah Frans, pria yang berusia 86 tahun dan menurut kisahnya dirinya adalah mantan tentara Italia sewaktu Perang Dunia ke II.

Diantara sekian banyak kisah hidup yang diceritakannya salah satu yang paling menarik adalah bagaimana ia memberikan kesempatan kepada temannya, disaat terakhir, mati sebagai Pahlawan.

Begini Kisahnya:

Jerman dan Italia yang awalnya merupakan satu aliansi ,entah karena alasan apa, berubah menjadi saling berhadapan sebagai musuh. Jerman sempat menduduki Italia.sehingga tentara Italia menjadi gerilyawan di negerinya sendiri. Menurut Frans  setiap kali tentara Italia mencoba meledakkan gudang amunisi tentara Jerman, selalu mengalami kegagalan,seakan akan mereka sudah siap menantikan kedatangan tentara Italia. 

Beberapa kali serangan kilat mereka mengalami kegagalan menyebabkan Komandan regu tentara Italia mencoba menyelidiki ,karena merasa ada sesuatu yang salah .tapi tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi.Hingga suatu ketika,ditengah malam, ia mendapatkan salah seorang anak buahnya ,naik keatas pohon dan mulai mengirimkan pesan lewat lampu baterainya.

Frans menunggu dengan senjata siap ditembakkan ,hingga tentara yang memanjat pohon tersebut turun. Dan begitu turun, terus ditodong dengan senjata siap tembak.Setelah  tentara yang mengirim pesan dengan menggunakan kilatan lampu baterai ditangkap dan dibawa ke bawah tenda,alangkah kagetnya Frans ,karena ternyata tentara tersebut adalah sahabat baiknya sejak masih kecil. Ia tak habis pikir,mengapa sahabatnya mau menghianati bangsanya sendiri.

Setelah di interogasi ,dengan cepat diambil keputusan ,sahabatnya yang bernama Tedy  (bukan nama sebenarnya) harus di eksekusi mati,karena telah membocorkan rahasia penyerangan mereka kepada pihak Jerman. Ia dibawa ke keluar tenda ,tapi sesaat sebelum esekusi dilaksanakan, Frans memberikan kesempatan kepada sahabatnya yang sudah berkhianat,untuk mati secara terhormat.

Yakn dengan cara mengemudikan kendaraan sarat bom bunuh diri untuk menghancurkan gudang amunisi musuh. Dan Tedy berlutut dan berterima kasih.

Karena ia tahu,bila ia diesekusi mati sebagai Penghianat bangsa,maka seluruh keluarganya akan hidup dalam kehinaan sepanjang masa. Tapi kalau ia mati sebagai Pahlawan. maka baik nama nya pribadi ,maupun seluruh anggota keluarganya akan mendapatkan kehormatan dan uang pensiun seumur hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun