Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Putra Terbaik Bangsa yang Terlalu Cepat Pergi

29 Agustus 2020   05:48 Diperbarui: 29 Agustus 2020   07:07 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : wikipedia.com

 

Nurcholish Madjid Sosok Panutan Bangsa indonesia 

Suatu hari, saya dapat telpon dari pak Sudhamex ,CEO Garuda Food  , bahwa Pak Nurcholish Madjid , akan kembali ke Indonesia dan akan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah  Sosok Nurcholish Madjid yang akrab disebut Cak Nur ini  , menjalani operasi transplantasi hati di Rumah Sakit Taiping, Guangdong , Tiongkok, sejak tanggal 23 Juli .Kemudian masih harus menjalani perawatan intensif di salah satu Rumah Sakit di Singapura. Dan kini akan kembali ke tanah air dan akan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah

." Besok kita jumpa disana, jam sekitar jam 7 malam ya pak Effendi?" , kata pak Sudhamex . "Oke pak, sampai jumpa besok ya",jawab saya ,mengakhiri pembicaraan singkat kami pada waktu itu.

Kami Bertetangga 

Walaupun sesungguhnya pak Nurcholish Madjid dan saya adalah tetangga, karena sama tinggal di Bintaro jaya, tapi sejujurnya yang memiliki hubungan dekat dengan Cak Nur adalah pak Sudhamex yang saya kenal baik sejak tahun 1998 dan sejak saat itu kami sering ketemu. Belakangan saya baru tahu bahwa pak Sudhamex ini adalah C.E.O Garuda Food dan termasuk orang terkaya di Indonesia Pada waktu itu ,saya sama sekali tidak tahu bahwa sosok pak Sudhamex yang tampil sangat sederhana dan dalam bertutur kata,sama sekali tidak melukiskan bahwa dirinya adalah salah seorang terkaya di tanah air. 


Bertemu di Ruma Sakit Pondok Indah

Esok harinya saya dan istri meluncur ke Rumah Sakit Pondok Indah . Ternyata pak Sudhamex sudah lebih dulu tiba,beberapa menit sebelumnya. Kami bertiga langsung ke Bangunan C,di lantai 4 dan setelah minta ijin pada perawat, kami di antarkan masuk keruangan. Disana hanya ada bu Omi , isteri Cak Nur dan salah satu kerabatnya. Cak Nur terbaring dengan wajah pucat. Kami hanya berbicara seperlunya dengan bu Omi dan kemudian , merapat ketempat Cak Nur terbaring. Menyalami beliau dan kemudian kami berdiam diri dan berdoa di dalam hati masing masing

Tidak sampai 30 menit, kami mohon pamit, agar Cak Nur dapat beristirahat dengan baik.Dua kali kami sempat mengunjungi beliau . Kemudian setelah Cak Nur pulang kerumah di bilangan Bintaro Jaya ,disektor 2 ,kami sempat mengunjungi Cak Nur. Pada waktu itu Cak Nur sedang makan bubur.Sementara itu kami ditemani oleh bu Omi. 

Selesai makan, kami sempat ngobrol,menanyakan tentang kondisi setelah di operasi , Jawab Cak Nur:" yaa, sudah agak baikan dan sudah bisa makan bubur sedikit sedikit, Tapi kata dokter, butuh waktu yang agak panjang untuk bisa pulih kembali.Beliau sempat bercerita tentang putra beliau yang melanjutkan studi di Amerika Serikat,yakni Nadia Madjid dan Mikail Madjid. Rumah Cak Nur tak bedanya dengan rumah kami di jalan Pisok. tak ada kesan bahwa sesungguhnya sosok yang duduk dikursi roda didepan saya adalah salah satu putra terbaik bangsa dan tokoh toleransi 

Begitu juga bu Omi,yang begitu rendah hati mau menjawab panggilan telpon saya  dan tutur katanya yang melukiskan kerendahan hati dan ketinggian budinya sebagai istri seorang tokoh bangsa. 

Merupakan Pertemuan Terakhir

Saya sama sekali tidak menyangka,bahwa  malam itu adalah pertemuan kami dengan Cak Nur ,untuk terakhir kalinya. Karena sesudah itu kami berangkat ke Australia. Hingga pada tanggal 29 Agustus, tahun 2005,tepatnya 15 tahun yang lalu, saya mendapatkan kabar duka ,bahwa Cak Nur telah dipanggil Tuhan. Beliau dimakamkan di Kalibata,di Taman Makam Pahlawan.

Secara pribadi  saya tidak pernah berguru secara langsung dengan Cak Nur ,tapi  sesungguhnya saya banyak belajar dari beliau melalui berbagai  tulisan Cak Nur, tentang  bagaimana hidup harmonis  dalam keberagaman.  Bahwa Indonesia adalah negara yang berlandaskan Ketuhanan, bukan negara agama. Buah pikiran Cak Nur, banyak mempengaruhi cara berpikir saya dalam menjalani hidup diantara berbagai perbedaan.

catatan 

Cak Nur lahir di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 17 Maret tahun 1939. jadi 4 tahun lebih tua dibandingkan usia saya Dikenal sebagai seorang filsuf Islam ,cendekiawan dan sekaligus budayawan Indonesia. Salah satu dari sekian banyaknya jabatan beliau, adalah Rektor Universitas Paramadina di Jakarta.Cak Nur,dapat dikatakan sebagai Ikon Pembaharuan untuk pemikiran dan gerakan Islam secara lebih moderat di Indonesia. 

Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya ,Semoga akan lahir Cak Nur lainnya, untuk membangun Indonesia yang damai ,sejahtera dan hidup rukun dalam keberagaman.

Mengenang sosok  yang menjadi panutan bangsa Indonesia ,khusus dalam hal hidup bertoleransi ini, Tepat  pada tanggal  29 Agustus, 2005 ,yakni 15 tahun lalu ,Prof.Dr.Nurcholish Madjid meninggal. Tokoh dan Pemikir Islam  dan sekaligus Cendekiawan serta budayawan Indonesia yang akrab di panggil Cak Nur ini,dipanggil Tuhan ,pada usianya ke 66 tahun.

Semoga akan lahir Cak Nur lainnya.Kita nantikan

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun