Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cari dan Temukan "Turning Point" dalam Hidup Kita

4 Desember 2019   16:57 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:28 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : dokumentasi tjiptadinata effendi

Agar Dapat Bangkit dari Keterpurukan
Turning point atau titik balik adalah peristiwa penting yang dapat mengubah kehidupan seseorang dari situasi yang menjenuhkan, kembali menemukan suntikan semangat menjalani hidup. 

Dari mulai berlindung di  balik perisai zona nyaman, kemudian berani menghadapi tantangan dan resiko. Sekecil apapun titik balik ini adalah momentum yang dapat memberikan perubahan dalam hidup kita. Jangan lupa, bahwa segala sesuatu yang besar selalu diawali dengan langkah pertama.

Orang yang tidak pernah menemukan titik balik dalam kehidupannya berarti hidupnya akan statis. Hari ini bekerja sebagai Office Boy, 30 tahun lagi masih juga bekerja di posisi yang sama. Bahkan hingga menua, ia tidak beranjak dari pekerjaan semula. 

Bisa jadi karena pribadinya adalah orang yang berprinsip: "Dengan kerja seperti ini, saya sudah bisa hidup, mau apa lagi?" Atau boleh jadi tidak memahami apa yang dimaksudkan dengan titik balik kehidupan sehingga ketika saat itu tiba malahan diabaikan dan dibiarkan berlalu begitu saja.

Bagaimana Menemukan Titik Balik Dalam Kehidupan Kita?
Membuka pikiran dan hati untuk menerima masukan dari setiap peristiwa yang mungkin merupakan jalan untuk menemukan titik balik dalam kehidupan kita.

Karena tidak jarang hal hal yang tampaknya sepele dan diabaikan justru adalah merupakan jalan untuk menemukan turning point dalam hidup kita. Sebaliknya kalau orang sudah menutup dirinya dan merasa yakin bahwa sudah nasibnya menjadi kuli seumur hidup, maka ia tidak akan pernah menemukan titik balik dalam kehidupannya.

Kendati disodorkan kesempatan di depan matanya,ia akan menolak dan tidak yakin diri. Padahal hidup bukan hanya untuk hari ini. Dengan hanya mengandalkan bahu dan otot untuk kerja keras,hanya akan menghasilkan uang untuk dimakan hari ini.

Suatu saat, terjadi peristiwa yang menyebabkan diri tidak lagi kuat untuk bekerja keras dengan otot, maka baru orang sadar diri bahwa dirinya  tidak memiliki tiang untuk bersandar dan tidak memiliki atap untuk tempat berteduh . 

Dan hal ini tidak hanya menyangkut kehidupan satu orang, melainkan berimbas kepada seluruh anggota keluarga yang menggantungkan hidupnya pada satu orang. Karena itu perlu membuka diri,untuk dapat menemukan titik balik dalam kehidupan kita.

Berbagi Pengalaman Pribadi
Saya menemukan titik balik dalam kehidupan pribadi,justru melalui jalan yang tampaknya sangat sepele Suatu sore saya ketemu dengan Syamsuar, sahabat lama  yang sudah sukses. "Kalau ada waktu, kita ngobrol di kantor saya sore ini, Saya tunggu ya," katanya, karena pagi itu ada urusan penting. Tentu saja ajakan ini saya terima dengan berbesar hati. 

Selama ini ,sesungguhnya ada niat untuk datang ke kantornya, tapi saya kuatir tidak akan diterima,karena kondisi ekonomi saya morat marit. Karena pernah saya datangi rumah Om saya, tapi hanya di terima di depan pintu pagar oleh pembantunya dan tidak diizinkan masuk. Maka sejak saat itu, saya jadi minder.

Sore itu saya datangi kantor Syamsuar dan ternyata melihat saya datang, ia terus berdiri dari kursinya dan memeluk saya. Inilah pertama kali selama bertahun tahun, saya dipeluk oleh sahabat saya yang sudah menjadi orang sukses. 

Selama ini, setiap kali bertemu dengan teman teman dan kerabat yang sudah sukses, saya merasa diperlakukan seakan diri saya adalah orang yang berpenyakit menular.

Pembicaraan Singkat
Sore itu Syamsuar mengatakan kepada saya,bahwa bilamana saya tetap hidup dengan mengandalkan jualan kelapa,maka seumur hidup tidak akan pernah dapat mengubah nasib. 

Saya diingatkan, bahwa sebagai Kepala Keluarga,saya tidak hanya bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tapi juga terhadap anak anak dan istri. Dan dengan sungguh hati setiap hari saya datangi kantornya untuk belajar. Mana biji kopi yang kualitasnya yang baik. 

Kemudian dengan modal pinjaman,saya ke kampung kampung ,yang terdapat di sekitar Batusangkar, Lintau dan langsung membeli kepada para petani kecil. Mengumpulkan satu tempat ketempat lainnya dengan membawa karung bekas tepung terigu. 

Hampir sore, hari itu saya berhasil mengumpulkan satu karung kopi seberat lebih kurang 90 kg. Saya naik bus umum dan kopi dibagi dalam beberapa karung bekas tepung terigu,agar dapat dinaikkan diatas bus.

Saya serahkan hasil pembelian biji kopi tersebut kepada sahabat saya yang sudah meminjamkan modal. Ketika dihitung harganya, ternyata keuntungan dari sekarung kopi tersebut sangat menakjubkan, yakni hampir sebulan pendapatan saya sebagai Penjual Kelapa di Pasar.

Saya Sudah Temukan Turning Point Hidup Saya
Saya mulai menemukan titik balik kehidupan. Seminggu kemudian saya kembali ke Batusangkar dan membawa uang lebih banyak lagi. Hari itu saya berhasil mengumpulkan hampir dua karung biji kopi. Dan keuntungan yang saya peroleh membuat saya terlonjak karena sangat fantastis. 

Saya buru buru pulang ke kedai yang merangkap tempat tinggal kami. Memperlihatkan hasil yang fantastis dari usaha saya, berkat bantuan Syamsuar. Saya rundingkan dengan isteri bahwa mulai esok harinya, saya tidak lagi akan berjualan kelapa parut dan akan fokus berkeliling dari kampung ke kampung untuk mencari biji kopi. Isteri saya mendukung sepenuhnya.

Dalam waktu singkat, hidup kami berubah total. 3 tahun kemudian, tepatnya setelah 7 tahun tinggal di pasar kumuh, kami pindah ke rumah yang kami bangun di Jalan Kampung Nias I/14 A,Padang. Dan selang 3 tahun kemudian, kami membangun rumah permanen di komplek perumahan di Wisma Indah I. Ulak Karang,lengkap dengan paviliun yang dibangun 3 lantai. 

Kami bersyukur kepada Tuhan, setelah kerja keras dan mengalami penderitaan selama bertahun tahun, akhirnya menemukan turning point dan hidup kami berubah total. Kelak ketiga orang anak anak kami, melanjutkan studi di Amerika Serikat dan dari hasil kerja keras ini,kami dapat menikmati masa tua kami, tanpa beban walaupun jauh dari sebutan kaya.

Catatan tambahan:
Tulisan ini bukan untuk pamer pencapaian, melainkan sekedar berbagi secuil pengalaman hidup. Walaupun tidak ada hal hal yang spektakuler, tapi mungkin ada manfaat yang dapat dipetik. Setidaknya merupakan masukan bahwa sesungguhnya setiap orang mendapatkan kesempatan untuk mengubah nasibnya.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun