Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendaki, Tidak Masalah! Turun Gamang, Mengapa?

25 Oktober 2019   05:56 Diperbarui: 25 Oktober 2019   06:01 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto: kiri Mayjen.tni.Muchlis Anwar./kanan : Menpan Brigjen Pol.Taufik Effendi/dokumentasi pribadi

Setelah :"turun gunung" ,semua harus dilakukan sendiri. Angkat tas atau  koper sendiri dan tidak ada staf yang dapat diperintah untuk melakukan ini dan itu.Bahkan ketika berkunjung ke kota lain,tak ada lagi jemputan dan undangan makan siang,semua harus dilakukan sendiri. Bagi yang tidak siap secara mental,akan mengalami :"Post Power syndrome " . Kondisi ini,tidak hanya dapat menimpa para mantan pejabat,tapi juga orang orang yang biasa menjadi :"orang penting" dalam pekerjaannya,kini merasa bahwa dirinya sudah tidak lagi dibutuhkan.

Perlu Persiapan Mental Sedini Mungkin

Untuk menjaga,agar jangan sampai diri kita mengalami :"post power syndrome" ini,perlu persiapan mental sedini mungkin.Yakni dengan menamakan dalam diri kita,bahwa suatu waktu,semua orang harus turun panggung. Membiasakan diri untuk bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat,agar ketika tiba waktunya turun,kita tidak lagi gamang 

Catatan tambahan

Saya bukan pejabat,tapi pernah memimpin sebuah organisasi sosial ,yang anggotanya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat.Dari mulai kernet mobil,hingga para pejabat. Dalam perjalanan berkeliling Indonesia,selalu ditunggu dan dijemput di Bandara dengan ucapan :"Selamat datang Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina" Dijamu oleh Wali kota,ditunggu oleh Bupati , diundang Sultan,bahkan makan malam bersama jenderal dan menteri.Tapi setelah turun panggung, semua hal yang disebutkan,hanyalah tinggal kenangan manis masa lalu. Tapi karena sudah mempersiapkan diri sejak awal,maka saya tidak gamang,ketika hidup tanpa tepuk tangan lagi dan tiba di bandara tidak ada siapa siapa yang menjemput.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun