Hubungan Baik Guru dan Murid Tak Akan Pupus
Bila seorang guru hanya sebatas menjalani tugasnya mengajar di kelas, maka hubungan yang terjadi hanyalah bersifat formalitas semata. Yakni murid sebagai objek yang harus  belajar dan guru sebagai pengajar, titik.Â
Kalaulah hal ini yang diterapkan dalam mengajar, maka dapat dipastikan hubungan antara murid dan guru tak ubahnya bagaikan orang kontrak kerja. Selesai ujian, maka murid melanjutkan studi ke kelas yang lebih tinggi dan guru tetap melakukan tugasnya sebagai rutinitas.Â
Tidak ada ikatan batin yang terpateri. Karena itu seiring dengan perjalanan waktu dan jarak yang memisahkan,maka usailah sudah hubungan antara guru dan murid. Kalaupun mungkin suatu waktu berpapasan, paling hanya melambaikan tangan dan kemudian berlalu.
Menjalin Hubungan Dengan Cita Rasa Kekeluargaan
Karena sejak dari awal mengajar di SD RK II di Padang,tahun 1967, hubungan saya dengan murid murid sangat akrab, sehingga sore hari mereka tidak segan datang bermain di rumah kami di Pulau Karam.Â
Karena merasa disayangi ,maka mereka sangat rajin belajar, sehingga ketika Ujian Akhir kelas VI lulus seratus persen.Â
Suatu waktu, entah karena apa,saya bisa kontak dengan salah satu murid saya  dan kemudian kami sepakat,bila ada kesempatan pulang kampung, kami akan bertemu, sambil makan siang di Rumah Makan Sari Minang di jakarta dan bagi yang tinggal di Padang, akan makan bersama di Rumah  Makan Bernama di Padang. Hubungan yang sudah 50 tahun terputus ,tersambung kembali. Sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai.
Hingga saat ini,hampir setiap hari, Â kami saling menyapa di WAG Â dan saling berkirim info dan foto keluarga.Â
Kalau dulu, ketika berbicara di depan kelas, saya menggunakan kata: "Selamat pagi anak anak, Apa kabar kalian semuanya?" Tapi kini mereka sudah jadi kakek, maka saya gunakan sapaan: "Selamat pagi teman teman semuanya".
Tapi mereka tetap memanggil kami: "Bapak dan ibu" Hubungan kekeluargaan yang tak ternilai bagi saya sebagai orang yang pernah menjadi guru mereka di SD.
Murid memahami, bahwa tanpa guru yang mengajar, mereka tidak akan mencapai hasil yang maksimal, sebaliknya guru memahami bahwa tanpa murid, orang tidak akan bisa menjadi guru.
Renungan di pagi ceria..
Tjiptadinata Effendi