Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca Tanpa Menulis? Ibarat Orang Pelit Mau Menerima tapi Tidak Mau Berbagi

13 September 2019   19:07 Diperbarui: 13 September 2019   19:14 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi :alamy stock photo

Seorang Penulis Dapat Dipastikan Adalah Juga Seorang Pembaca

Tidak ada orang yang terlahir sebagai Penulis. Karena itu setiap orang yang berhasrat ingin menjadi Penulis, mutlak harus mau rajin membaca tulisan yang bermutu. Tanpa banyak membaca, maka suatu waktu, akan terjadi stagnasi dalam menulis karena kehabisan ide.

Seorang Penulis, walaupun bukan penulis terkenal, pasti adalah juga seorang yang senang membaca. Penulis adalah yang buah pikirannya dituangkan di blog umum dan dapat dibaca orang banyak.

Sementara orang yang hanya menulis di catatan hariannya, tentu tidak dapat disebut sebagai Penulis. Termasuk orang yang cuma menulis, sekali dalam setahun.

Sedangkan Pembaca, Belum Tentu Seorang Penulis

Membaca tentu saja sangat baik, karena ada input atau masukan ,yang menjadi asupan bermanfaat bagi otak kita. Karena otak menerima rangsangan rangsangan, baik berupa kisah kisah atau berita yang dibaca, maupun dengan memperhatikan gambaran yang menjadi pendukung tulisan tersebut.

Akan tetapi input yang tidak diikut sertai oleh output, tentu tidak akan menghasilkan simbiosisme dalam diri kita. Maka terjadilah ibarat bunga layu sebelum berkembang, karena potensi diri tidak dioptimalkan

Sementara ketika menulis, maka seluruh rangkuman yang dibaca, yang merupakan data bank masukan, memaksa otak untuk mengeluarkannya dalam bentuk output. Merangkum apa yang pernah dibaca, menyelaraskan dengan pengalaman hidup dan berjalan sesuai dengan alur dan kepatutan yang berlaku didalam masyarakat dan lingkungan, di mana kita hidup dan berinteraksi

Perbedaan Antara Menulis Buku dan Menulis Di Blog

Dalam mempersiapkan naskah sebuah buku, sebelum dikirimkan ke alamat Penerbit, maka kita perlu menanyakan langsung, apakah mau menerima naskah tulisan yang sesuai dengan rancangan tulisan kita.

Sebagai contoh, sebelum buku saya yang perdana diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo di Jakarta, yang satu atap dengan Kompas, maka saya mendatangi kantor Redaksi di Jalan Palmerah, Jakarta.

Di sana penerima tamu menyarankan saya langsung bertemu dengan Chief Editor yang pada waktu itu adalah Bapak Ir. Arie Subagijo. 

Saya diterima dengan baik. Ketika saya jelaskan bahwa saya sedang mempersiapkan buku tentang Tehnik Penyembuhan Diri Secara Alami yang bernama "Reiki", ternyata pak Arie sangat antusias. Karena pada waktu itu, belum ada buku tentang Reiki yang diterbitkan. Dan saya dibekali dengan saran-saran untuk menulis sesuai syarat sebuah naskah untuk dibukukan.

Seminggu Kemudian

Sepulang dari perjumpaan dengan Pak Arie, saya jadi sangat antusias untuk menyiapkan sesegera mungkin naskah buku saya. Seminggu kemudian saya sudah datang menemui Pak Arie untuk menyerahkan naskah buku saya. Dan setelah mengalami beberapa editing, akhirnya buka perdana saya diterbitkan.

Pak Arie menyarankan kalau memang saya ingin serius menjadi Penulis maka segera siapkan naskah buku kedua dan seterusnya.

Singkatnya, buku pertama mengalami cetak ulang ke-15 kali dan buku-buku selanjutnya juga mengalami cetak ulang belasan kali.

Bahkan beberapa di antaranya dimuat di Koran Kompas sebagai National Best Seller.

Dari 9 judul buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo hasil royalty saya tabungkan sehingga total berjumlah lebih dari 200 juta rupiah. Dengan hasil karya tulis ini saya bisa mengajak istri saya keliling dunia dan masih banyak uang yang tersisa pada waktu itu. Karena nilai tukar rupiah dengan dolar masih rendah juga.

Gamang Ketika Awal Menulis di Kompasiana

Pada awal menulis di Kompasiana tiba-tiba saya menjadi gamang. Karena ada begitu banyak aturan yang harus ditaati antara lain:

  1. harus mengedit gambar sendiri
  2. bila menggunakan ilustrasi harus disebutkan sumber yang jelas
  3. bila mengutip dari sumber tidak boleh lebih dari 20 persen 
  4. Terjadi kesalahan ketik harus mau mengedit sendiri
  5. Harus mau berkunjung ke tulisan sesama Penulis
  6. Kalau hanya mau menulis tapi tidak mau berkunjung maka yang baca tulisan kita boleh dihitung dengan jari 
  7. Ada kriteria kategori yang harus diisi
  8. Ada highlight 
  9. Ada Headline 
  10. Ada Hanya Lewat saja
  11. Kalau lupa menuliskan sumber maka tulisan di delete (tega amat sih)
  12. Melakukan "re-write"tanpa mengedit secukupnya bakalan di hapus
  13. Dan seterusnya dan seterusnya

Membaca syarat yang begitu ruwet lebih ruwet daripada syarat menjadi PNS, hampir saja saya tidak jadi menulis.

Tapi syukurlah ketika kami datang berkunjung ke ruang Admin,diterima dengan sangat ramah dan dijelaskan ,tata cara mengedit gambar yang kedodoran ataupun cara mengedit ulisan yang salah ketik. Mendapatkan siraman rohani dari para Admin yang ganteng dan cantik-cantik, maka akhirnya saya tergoda untuk menulis.

Padahal ketika menulis naskah buku, saya yang mengetik semau-maunya dan kemudian menyerahkan ke Elex Media komputindo.

Selanjutnya bukan urusan saya. Kalau buku sudah siap dicetak, tugas saya adalah melihat transfer uang masuk dari Elex Media Komputindo.

Jadi Kecanduan Menulis

Ternyata ada Blessing in Disguise menulis di Kompasiana ini, karena di sini saya menemukan ratusan teman yang sangat menyenangkan.

Memang uang yang diperoleh dari K Reward, tidak cukup untuk membayar pulsa, tetapi ada sesuatu yang tidak ternilai harganya, yakni: persahabatan!

Terima kasih Kompasiana dan semua teman-teman Kompasianers. Tanpa ada yang dikecualikan dan bagi yang masih Silent Reader mari kita sama sama menulis di Kompasiana

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun