Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alangkah Bahagianya Disayangi Orang Banyak

14 Agustus 2019   07:36 Diperbarui: 14 Agustus 2019   07:43 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebahagiaan Terbesar Dalam Hidup Adalah Menyayangi dan Disayangi

Diantara begitu banyak hal hal yang kami syukuri salah satunya adalah saat saat kami tidak diizinkan untuk membuka dompet untuk membayar apa yang kami makan. 

Tentu saja bukan karena mendapatkan sepiring nasi secara gratis, tapi rasa kasih sayang yang dapat dirasakan,bahwa ternyata dalam hati orang banyak nama kami masih terpahat disana.

Menuliskan cuplikan pengalaman hidup tentu bukan untuk mengedepankan "kehebatan" diri melainkan untuk berbagi kisah hidup betapa indahnya ketika diri kita selalu diingat oleh sahabat dan kerabat,hingga saat saat dimana kita tidak lagi dalam masa keemasan. 

Kalau yang  dikasih kendaraan baru oleh anak sendiri atau mendapatkan transfer dana setiap bulan  atau diundang makan oleh anak cucu. Tentu sudah merupakan hal yang sangat membahagiakan. 

Termasuk ketika kami liburan di Italia dan seluruh biaya selama tinggal disana, ditanggung  sepenuhnya oleh adik kami Margaretha bersama suaminya Sandro. 

Apa kata adik kami kepada kakaknya, yakni istri saya?  "Disini dilarang mengeluarkan dompet " Maka daripada setiap usai santap siang atau makan malam,saling rebutan untuk membayar,maka kami patuhi saya "perintah " adik kami,yakni tidak mengeluarkan dompet

Makan di Waroeng Racik 

Sebagai orang Indonesia,kalau ada rumah makan Indonesia di Perth, pasti akan kami kunjungi. Dan salah satunya adalah Waroeng Racik yang lokasinya lumayan jauh dari kediaman kami. 

Bertemu Bu Luci yang berasal dari Pontianak dan suaminya Kevin. Kami makan ikan goreng  yang enak sekali ,kemudian ada pudding yang lezat dan gado gado. 

Rasanya sangat nikmat dapat makan masakan Indonesia.Tapi ketika usai makan dan istri saya minta Bill ,ternyata Bu Luci ,mengatakan :"Jangan ,Pak Effendi dan bu Rose sudah datang kesini saya sudah senang." 

Selanjutnya,kami masih makan di sana dua kali lagi tapi karena tetap uang kami tidak diterima,rasanya jadi sungkan dan hingga kini kami tidak pernah kesana lagi walaupun sudah beberapa kali diundang 

Kami Yang Mengundang ,Tapi Yang Bayar Orang Lain

Januari yang lalu ketika pulang ke Indonesia,karena tidak mungkin mengunjungi satu persatu sahabat dan kerabat maka kami mengundang mereka untuk makan bersama. 

Selama 5 hari berturut turut, Ruangan VIP di lantai atas Rumah Makan Sari Minang di Jalan Juanda di Jakarta,kami booking, untuk mendapatkan kesempatan bertemu dengan anggota keluarga,sahabat lama dan mantan murid murid.

Ternyata setelah selesai makan dan Pelayan restoran memberikan Rekening tagihannya,sebelum sempat istri saya menerimanya, sudah direbut oleh salah seorang mantan murid saya.

Bahkan sudah membayar seluruh tagihan saya masih diberikan ang pau. Malamnya ketika tiba giliran santap malam bersama kerabat kami, kejadian yang sama terulang lagi. Kali ini yang membayar adalah salah seorang keponakan kami.Padahal yang ikut makan malam itu 34 orang.

Berkunjung ke Lombok Gratis

Tahun lalu ,ketika kami ke Mataram, di jemput oleh  Pak Rudy Geron ,yang adalah salah seorang Kompasianer. Datang bersama Abie isterinya. Kata pak Rudy:"Selama disini Uda jo Uni (maksudnya kami berdua) adalah tamu kami.

Jangan mengeluarkan dompet" Maka selama tiga hari kami meajdi tamu kehormatan di sana.Diajak jalan jalan kemana mana santap siang dan santap malam di berbagai restoran dan termasuk tiga malam malam menginap di Lombok Hotel, semua ditanggung sepenuhnya oleh Pak Rudy. Padahal kami belum lama saling kenal.

Apalagi Ketika Pulang Kampung

Pulang kampung kami diundang makan sana sini sehingga dalam waktu seminggu, bobot tubuh kami bertambah melar. Belum lagi sekoper penuh oleh oleh dari adik adik dan keponakan serta teman teman lama. Sungguh bagi kami berdua istilah :"No free lunch" atau tidak ada makan siang gratis.

Justru bagi kami:"Sarapan makan siang makan malam dan menginap juga gratis "Dan masih ada angpau buat beli oleh oleh. Nah,kalau hidup sudah seperti ini,kalau bukan bersyukur kepada Tuhan,mau apa lagi?

Artikel ini ditulis bukan untuk membanggakan diri tapi sekedar berbagi sepotong kisah hidup.bahwa betapa indahnya bila diri kita selalu diingat orang banyak, hingga di usia tua.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun