Setiap kali kita mendapatkan hadiah dari seseorang dalam bentuk apapun, selalu kita mengucapkan terima kasih yang dapat dimaknai, "terima kasih Anda sudah mengasihi saya". Tetapi ucapan "terima kasih " ini tidak hanya diucapkan bilamana kita menerima sesuatu secara gratis, melainkan juga ketika kita membeli suatu barang.
Ketika kita berbelanja di toko, maka setelah membayar ke kasir harga barang tersebut dan kepada kita diberikan bungkusan berisi barang yang dibeli, maka kita mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk apa? Bukankah barang yang diserahkan kepada kita bukan dikasih gratis, melainkan dibeli dengan uang sendiri? Jawabannya tentu kita semua sudah tahu, yakni tata krama dalam berinteraksi dalam kehidupan kita.
Begitu juga ketika kita mendatangi salah satu bank, untuk mencairkan dana kita, maka setelah menghitung jumlah uang sudah sesuai dengan nilai nominal yang kita tarik, maka sebelum meninggalkan kasir, kita juga mengucapkan terima kasih.Â
Terima Kasih Kepada PembantuÂ
Bahkan walaupun Karyawan atau Pembantu Rumah Tangga kita gaji setiap bulan, tetap saja setiap kali mereka membantu kita, walaupun sesungguhnya mereka mengerjakan semuanya untuk kita, karena kita membayar gaji kita. Di sinilah kepribadian kita dinilai orang. Sikap dan tutur kata yang disampaikan dalam setiap berinteraksi membentuk image orang akan kepribadian kita Mungkin kita mengedepankan alasan, "Saya bukan tipe orang yang gila hormat atau gila penghargaan", tapi hal ini tidak dapat mencegah orang menilai kepribadian kita.
Terbawa Dalam Kehidupan Berumah Tangga
Kebiasaan merasa diri super, sehingga tidak lagi merasa perlu menghargai orang lain, walaupun hanya sebatas mengucapkan terima kasih atau kata "Maaf"akan melekat pekat dalam perilaku kita dan menyatu dengan sikap mental kita. Apa yang sudah terbiasa dilakukan di luar sana, maka secara sadar ataupun tanpa sadar akan terbawa dalam kehidupan berumah tangga.
Ketika bangun pagI, istri menyediakan secangkir kopi, sama sekali tidak tergugah untuk mengucapkan terima kasih karena merasa "itu tugas istri". Hal ini terus berlanjut hingga makan malam, tak sepata kata ucapan terima kasih yang diucapkan oleh suami kepada istri. Padahal ketika suami masih tertidur pulas, istri sudah bangun dan kerja di dapur mempersiapkan segala sesuatu untuk suami tercinta. Bayangkan betapa sedih hatinya ketika segala usahanya untuk menyenangkan suami sama sekali tidak mendapatkan sekedar ucapan terima kasih.
Tumpul Timbal Balik
Celakanya, bila sikap ini ditiru secara persis oleh istri. Ketika suami pulang membawa sebungkus martabak kesukaan istri, maka setibanya di rumah dengan berbesar hati, suami berkata, "Sayang, ini ada Martabak Bangka saya bawakan." Namun, hanya dijawab oleh istri tercinta, "Taruh saja di meja mas, saya lagi sibuk nih".