Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Faktor "Hoki" Itu Sesungguhnya Bagaimana Kita Memanfaatkan Peluang

12 Februari 2019   20:56 Diperbarui: 12 Februari 2019   21:05 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cara Berpikir Keliru Yang Masih Terus Dipertahankan

Kebiasaan untuk tidak menghargai sesuatu yang diperoleh dengan  mudah,apalagi secara gratis,seakan telah menjadi pola pikir yang baku dalam masyarakat kita .Cara berpikir yang gagal paham  ini,telah berlangsung dari masa kemasa dan hingga saat ini,masih terus terjadi. 

Sebaliknya semakin sulit mendapatkan sesuatu, semakin tinggi penghargaan yang diberikan. Baik itu dalam bentuk benda phisik,maupun dalam ujud sebuah kesempatan. Seakan akan, hanya sesuatu yang diperoleh dengan susah payah atau dibayar dengan harga yang sangat mahal,baru dianggap merupakan sesuatu yang berharga,untuk di pertahankan.

Padahal Kenyataan Tidak Seperti Yang Dibayangkan

Ada begitu banyak contoh hidup yang sesungguhnya dapat dijadikan pelajaran,bahwa  apa yang diperoleh secara mudah ,gampang,bahkan gratis pada hari ini,kelak akan dapat diperoleh juga dengan cara yang sama.

Salah satu contoh aktual adalah , dulu untuk masuk ke Australia dan mendapatkan visa permanent,sangat mudah. Namun banyak orang yang sama sekali tidak tertarik,karena merasa benua Australia,merupakan tempat buangan orang hukuman dizaman dulu.Dikemudian hari, jangankan untuk mendapatkan visa permanent atau lazim disebut :"P.R" Permanent Residence,untuk mendapakan visa turis saja,banyak yang ditolak,

Ada teman orang Indonesia,yang menceritakan,bahwa ia berpikir,bahwa dengan investasi di Australia ,dalam bentuk membuka restoran Indonesia,maka secara otomatis, ia akan mendapatkan permanent residence.

Ternyata dugaan tersebut keliru. Boleh saja membuka restoran,tapi tidak merupakan jaminan,akan  mendapatkan visa permanent.Kesimpulannya.walaupun punya uang banyak,bukan berarti pasti akan diterima menjadi penduduk Australia. Padahal dulu,pintu dibuka lebar lebar ,namun karena saking mudahnya,orang sama sekali tidak tertarik,untuk mengurus permanent residence. 

Ini tentu hanyalah sebuah contoh saja.Karena kami sudah mendapatkan Permanent residence sejak tahun lebih dari 10 tahun lalu,maka setidaknya apa yang saya tulis,bukan dari mengutip sana sini,melainkan berdasarkan pengalaman pribadi. 

Jangan Terpancang Pada Sudut Pandang Bahwa Yang Gratis Itu Tidak Berharga

Contoh lain,misalnya perangko bekas. Sewaktu masih di SMP.mengumpulkan perangko bekas ,tidak usah main beli.Apalagi kondisi ekonomi orang tua kami pada waktu itu,masih morat marit.Jangankan  mau beli perangko bekas,untuk makan saja sudah susah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun