Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Undangan Melayat" dan "Awas Copet", yang Unik dari Belanda

16 Agustus 2018   22:40 Diperbarui: 16 Agustus 2018   23:09 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal-hal yang bagi kita adalah hal yang sangat biasa, seperti makan hanya dengan tangan, tanpa sendok, garpu, dan pisau bagi orang asing dianggap aneh. Begitu juga sebaliknya, hal yang dianggp sepele di negeri orang, bisa dianggap aneh dan unik bagi kita orang Indonesia.

Seperti misalnya, kalau ada yang merayakan ulang tahun atau pesta pernikahan wajar bila yang datang hanya yang diundang saja. Mengingat mungkin yang merayakan pesta hanya mempersiapkan tempat yang terbatas. Apalagi bila perayaan diadakan di hotel berbintang, yang biayanya dihitung perkepala yang datang.

Akan tetapi, mana ada berita duka, misalnya, ada kerabat atau teman maupun tetangga yang tinggal di lingkungan yang sama meninggal dunia, maka sebagai rasa simpati tanpa perlu diminta kita akan menyempatkan diri untuk melayat. Setidaknya untuk menyatakan ikut berduka cita, bahkan bila memungkinkan ikut berdoa bersama keluarga almarhum. Rasanya hal ini sudah mendarah daging bagi kita sebagai orang Indonesia

dokpri
dokpri
Kalau tidak diundang, jangan datang melayat

Kata pribahasa, lain padang, lain belalangnya. Mungkin itu yang mewakili apa yang menjadi kebiasaan orang-orang di Belanda ini.

Menurut kerabat kami yang sudah 40 tahun tinggal di sini, kalau ada berita duka, maka kita diundang maka kita boleh datang.

Sebaliknya, kalau tidak diundang, jangan datang, karena keluarga almarhum mungkin punya alasan tersendiri, seperti tidak ingin ramai-ramai di rumah duka atau merasa diri kita diangggap tidak akrab dengan keluarganya semasa alamarhum atau almarhumah masih hidup.

dokpri
dokpri
Jadi kalau semasa hidup tidak pernah datang berkunjung, maka ketika meninggal, juga tidak perlu diundang untuk datang.

Apakah mereka salah?

Tentu bukan hak kita untuk menghakimi orang bersalah atau tidak. Karena logika mereka, semasa hidup orang tidak peduli, apa gunanya ketika sudah almarhum datang.

dokpri
dokpri
Awas copet!

Keunikan lainnya, menurut saya, adalah kata kata :"Awas Copet" di beberapa sudut ruangan tempat berfoto pakaian tradisi Eropa kuno dalam berbagai mode dan ragam.

Ada foto-foto orang terkenal dari Indonesia, seperti Gusdur dan Titiek Puspa dan bintang-bintang selebriti lainnya yang terpajang diestalase. Tentu sebagai orang Indonesia, saya ikut merasa bangga.

Tapi tiba-tiba nyali saya ciut ketika pandangan mata saya tertuju pada peringatan: "Awas Copet".

Syukurlah. Maksudnya justru mengingatkan orang Indonesia agar hati hati karena di Amsterdam juga banyak copet.

dokpri
dokpri
Bayar Parkir dapat Gratis 5 Orang Naik Bus

Untuk mendidik warga agar parkir digedung parkir yang sudah disediakan, maka sebagai kompensasinya, setelah parkir dan membayar sekitar 5 euro, maka berdasarkan karcis parkir pengemudi berhak menumpang bus umum untuk 5 orang, perjalanan pulang-pergi di dalam kota.

Pada awalmya saya kira Ronald cuma bercanda, tapi setelah dibuktikan, saya yakin, bahwa memang benar bahwa dengan bayar parkir pemilik kendaraan berhak menggunakan bus umum untuk 5 orang secara gratis.

Mungkin masih banyak lagi yang unik, tapi untuk ini saya sudahi hingga di sini.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun