Secara pribadi, saya cenderung percaya yang kedua, yakni mencegah penuaan dini. Karena secara psikologis, jalan-jalan sambil menikmati indahnya pemandangan alam dan berendam di air yang sejuk akan mengurangi segala beban pikiran.
Tanpa terasa sudah 3 minggu saya berada di "negeri Spaghetti" ini. Dan sejak pertama kali menginjakan kaki di sini, saya belum sama sekali menemukan nasi atau Indomie.Â
Namun, jikalau diingat-ingat, selama perjalanan, rasanya saya lebih banyak minum dari pada makan. Sebab, suhu udara panas membuat saya cepat haus dan ingin minum terus.Â
Mengenai istilah "Mercusuar", akhirnya saya tahu dari pemandu wisata saat saya berada di kapal. Konon, gunung ini setiap 20 menit menyemburkan api, sehingga dari kejauhan akan tampak seperti mercusuar raksasa yang memberikan petunjuk arah bagi kapal yang berlalu lalang. Hampir selama kurang lebih 2 ribu tahun, gunung tersebut tidak henti-hentinya menyemburkan api dari kawahnya.Â
Penduduk yang berjumlah kurang dari 500 orang tersebut memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan menyewakan rumah mereka, baik sebagai homestay maupun toko. Namun, bagi yang memiliki modal sedikit, mereka hanya membuka toko suvenir di halaman rumah masing-masing. Selain itu, remaja di sana juga membuka peluang bisnis dengan menjadi pemandu wisata atau membuka jasa sewa perahu.Â
Pokoknya keberadaan ketiga pulau ini sebagai destinasi wisata tidak menggeser kehidupan warga yang sejak turun temurun sudah mendiami pulau pulau tersebut. Bahkan mereka berpikir dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke sana, itu sudah sebuah berkah bagi mereka dan keluarga.Â
Selain itu, di sana seluruh kulit kerang dan aneka ragam cangkang binatang laut tidak ada yang terbuang percuma. Penduduk di sana menjadikan kulit serta cankang sebagai bisnis. Mereka mengubahnya dalam bentuk kalung, gelang dan hiasan pernak-pernik lainnya. Meskipun dijual dengan harga sekitar 1 -2 Euro, tapi mereka tidak merasa khawatir akan rugi, sebab yang berkunjung ke toko untuk membeli barang bisa dikatakan sangat banyak.