Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merasa Diri Hebat, Mendorong Orang Bersikap Angkuh

19 April 2018   19:14 Diperbarui: 19 April 2018   19:27 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: shironosov | Getty Images

Tetaplah Rendah Hati, Walaupun Memiliki Kelebihan

Setiap orang memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Ada yang cerdas,bahkan mungkin dapat dikatakan jenius. Orang lain, mungkin kurang cerdas tapi tampan dan cantik atau bisa jadi, ada orang yang memiliki gabungan yakni cerdas, tampan atau cantik dan sekaligus memiliki kehidupan yang mapan.

Kondisi seperti inilah yang seringkali menyebabkan orang lupa diri dan secara tanpa sadar bersemilah dalam hatinya sifat arogansi. Merasa memiliki berbagai kelebihan,yang tidak dimiliki orang lain. Hal ini ditunjukan tidak hanya dalam tutur kata dan perilakunya, tapi juga dalam bahasa tubuh yang dikedepankan.

Dalam setiap pertemuan, selalu ingin menjadi sumber perhatian dan hampir tidak pernah terpikirkan untuk memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat. Karena merasa dirinya jauh lebih memahami segala masalah dan bahwa pendapat orang lain itu tidak penting untuk didengarkan. 

Hal ini baik sadar ataupun tidak, tampak pada mimik wajahnya  ketika sedang berbicara. Senyum sinis mendengarkan penjelasan orang lain dan tidak jarang memotong pembicaraan orang, karena merasa pendapat orang salah atau berdiri dengan bertolak pinggang tanpa merasa perlu menghargai lawan bicaranya.

Nilai Plus Yang Terdapat Pada Diri Kita Jangan Sampai Berubah Menjadi Kutukan


Ketika hidup dalam kondisi kekurangan orang lebih mudah mengontrol dirinya bahwa ada kalanya giliran kita dan ada kalanya tiba giliran orang lain. Akan tetapi. bilamana kehidupan sudah mapan, maka hal in sering membuat orang lupa diri karena dalam dirinya tertanam rasa angkuh diri bahwa hanya dirinya yang paling pintar dan paling benar.

Kemanapun pergi, mengharapkan agar selalu dinomor satukan. Secara perlahan tapi pasti, satu persatu temannya akan menjauh dan meninggalkan dirinya. Karena setiap orang yang normal pasti akan merasa senang bila keberadaannya diakui.

Belajar dari Pengalaman Orang Lain

Dikampung saya, pada waktu itu Pak Hengki termasuk salah seorang  pengusaha yang kaya raya. Sayang sekali karena merasa dirinya  memilki uang dalam jumlah banyak, Hengki sama sekali tidak mau bergaul dengan orang orang yang dianggapnya tidak selevel. Pada waktu itu, masih ada ronda malam secara bergilir dari setiap warga yang sudah dewasa. Tapi Pak Hengki tidak pernah sekali juga menampakkan wajahnya. Ia selalu membayar orang untuk menggantikannya.

Bahkan kalau ada orang meninggal, maka lazimnya para tetangga dan teman temannya baik yang berada dalam satu perkumpulan, maupun tidak, pasti akan datang untuk melayat. Tapi Pak Hengki tidak pernah sekali juga datang melayat. Ia hanya datang bilamana ada undangan pernikahan. Itupun kalau keluarga yang menikah kira kira selevel dengan dirinya.

Tidak Ada Yang Dapat Meramal Hari Esok

Ternyata ketika tiba tiba pak Hengki mendadak mendapat serangan jantung, ternyata seluruh kekayaannya tidak berdaya untuk menolong menyelamatkan hidupnya. Ia meninggal secara mendadak dalam usia yang relatif masih muda.

Tradisi bagi orang keturunan Tionghoa, kalau ada yang meninggal maka jenazah disemayamkan dirumahnya setidaknya selama 3 hari, tergantung pada kondisi keuangan keluarga. Gunanya adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua kerabat dan teman temannya untuk datang melayat, Terutama bagi yang tinggal di kota yang berbeda. 

Tapi ternyata, selain dari keluarga dekatnya tidak ada orang lain yang datang melayat. Hal ini sangat mudah diketahui, karena bilamana ada yang meninggal maka seluruh pintu rumah dibuka lebar lebar dan peti jenazah disemayamkan tepat didepan pintu masuk.

Hal ini tentu saja merupakan sebuah pukulan secara moral bagi seluruh anggota keluarga pak Hengki. Maka akhirnya, keluarganya mendatangi rumah tetangganya dan memohon maaf untuk kesalahan orang tua mereka. Akhirnya baru tampak orang mulai berdatangan untuk melayat. 

Walaupun tidak ada hukuman tertulis, namun sanksi yang diterapkan oleh masyarakat dengan memboikot  tidak datang menjenguk, merupakan pelajaran berharga bagi keluarga Pak Hengki dan orang orang kaya lainnya agar jangan pernah menyombongkan diri karena merasa lebih kaya atau lebih tinggi derajatnya daripada orang lain, karena dapat berubah menjadi hal yang mempermalukan keluarga.

Walaupun kejadiannya sudah lama berlalu, tapi saya tanamkan dalam diri saya dan diri anak cucu kami agar jangan pernah bersikap angkuh. Tetaplah rendah hati, walaupun pada saat ini kita berada dalam posisi yang mapan dan nyaman. Karena tidak seorangpun yang dapat memastikan apa yang akan terjadi esok hari. Mungkin saja hari esok bukan milik kita lagi. Rendah hati tidak akan mengurangi  apapun yang ada pada diri  kita.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun