Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meredam Kemarahan adalah Ibarat Menyimpan Bom Waktu

20 Oktober 2017   07:10 Diperbarui: 20 Oktober 2017   11:31 4668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos.com


Hindari Meredam Kemarahan

Setiap orang waras pasti bisa marah,bila menyaksikan ,mendengarkan ,maupun membaca hal hal yang tidak sesuai dengan  alur pikirannya. Dan marah itu adalah sangat manusiawi. Karena orang yang hanya bisa ketawa terus sepanjang hari dan tidak pernah marah,perlu diperiksa kesehatan jiwanya. Tetapi kemarahan yang meledak ledak akan berpotensi menghancurkan, bukan hanya benda benda yang menjadi miliknya,tapi bisa jadi menghancurkan milik orang lain. 

Kemarahan yang tidak terkendali, akan sangat merugikan tidak hanya diri sendiri,tapi juga keluarga dan orang lain. Serta sekaligus merusakkan hubungan persahabatan dengan orang lain. Kemarahan bisa dipicu oleh banyak faktor. Bisa saja hal hal yang tampak sangat sepele ,menjadi sebab pemicu terjadinya kemarahan. Tetangga yang membunyikan musik keras keras, sudah dapat memicu "mendidihnya" darah. Kalau mengikuti kata hati,maka bisa saja tetangga didatangi dan dilabrak habis habisan. Padahal dengan demikian,maka hubungan baik dengan tetangga akan berakhir,bila kita tidak mampu menahan diri.

Atau mungkin lagi berkendaraan, tiba tiba dibelakang ada yang iseng, membunyikan klakson bertubi tubi. Kemarahan kita langsung memuncak.Menghadang kendaraan yang tadinya iseng dan menantang pengemudinya.Akibatnya lalu lintas macet dan jadi sasaran dimaki maki pengguna sarana lalu lintas lainnya.

Alihkan Pikiran Pada Hal Hal Yang Lebih Penting
Daripada membuang energi untuk hal hal sepele dan menjerumuskan kita melakukan tindakan anarkis,serta membahayakan diri dan orang lain,maka alangkah baiknya mengalihkan pikiran kita pada hal hal yang jauh lebih penting. Atau kalau lagi dirumah dan ada hal yang membuat suasana hati menjadi tidak nyaman, pergilah kekebun dan mencangkul  atau membersihkan laman rumah. Cobalah tengok hasilnya. Dalam waktu beberapa menit, kemarahan kita sudah mereda dan hilang.

Meredam Kemarahan Bukan Hal Yang Baik
Bila yang terjadi adalah hal yang sama setiap harinya,misalnya ada teman sekantor yang nyinyir atau tetangga yang usil,maka meredam kemarahan adalah ibarat menyimpan bom waktu. Yang sekali waktu akan memuncak dan meledak, serta menghancurkan semuanya. Maka jalan terbaik adalah melakukan tindakan pendekatan. Carilah kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan hal hal yang tidak berkenan dihati kita.

Sebebal apapun seseorang,bila kita berbicara dengan menyentuh hatinya,pasti akan mau menerima saran kita. Namun kalau tidak mungkin untuk melakukan komunikasi ,maka jalan terbaik adalah  memaafkannya. Karena dengan memaafkan,maka hati kita akan damai.Karena bilamana kita tidak mampu berdamai dengan diri ,maka kita akan tenggelam oleh lautan kebencian,yang kita ciptakan sendiri.

Hindari Over Expectation
Jangan pernah berharap secara berlebihan,bahwa orang akan selalu memperhatikan diri kita atau akan selalu menempatkan diri kita dibarisan pertama. Hindari merasa diri paling penting.Karena boleh jadi dalam komunitas dimana kita berada, posisi kita adalah orang yang paling dihargai dan dihormati,tetapi diluar lingkungan ,diri kita bukanlah siapa siapa bagi orang lain.

Sebagai contoh. Dalam komunitas yang saya dirikan ,ada sekitar 200 ribu orang bergabung sejak tahun 1988. Saya adalah orang nomor satu dan selalu mendapatkan tempat paling terhormat bilamana ada pertemuan. Tetapi ketika ada rapat RT/RW, tidak seorangpun mengenal saya ,bahkan mungkin tidak manyapa. 

Nah, kalau saya bersikukuh berharap bahwa semua orang akan menomor satukan diri saya,maka akan terciptalah rasa kekecewaan yang mendalam dan bisa berubah menjadi kemarahan.

Karena itu,hendaknya kita harus mawas diri dan arif dalam menempatkan diri, dimana kita berada. jangan pernah berharap bahwa semua orang akan menghargai kita.Karena boleh jadi bagi orang lain,diri kita bukan siapa siapa.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun