Karena pertemuan mendadak  dua hari lalu,maka kami saling menukar nomor WA dan email. Dan kemarin malam ,kami dapat email dari Firza,yang isinya ,sekedar menyampaikan rasa kangen,karena sudah lama tidak ketemu.Bahkan mengirimkan foto kenangan bersama teman teman sekelas dalam kursus belajar bahasa Inggeris dikirimkan kepada saya,untuk sekedar menjadi pengingat,kalau seandainya kami kehilangan foto tersebut.
Di multicultural Service ,begitu juga di Worker Educational ,berkumpul semua pendatang dari berbagai belahan dunia,termasuk kami berdua dan ada teman dari Maninjau dan Bali ,yang juga memanfaatkan kursus yang disediakan oleh pemerintah setempat secara gratis. Kalau di Worker Educational,hanya bagi yang sudah menjadi penduduk Australia.sedangkan di Multicultural Service,siapapun boleh masuk,tanpa syarat.
Mengapa Menulis Tentang Firza ?
Tentu bukan untuk mengecoh  orang agar membacanya,namun sekedar pengingat,bahwa membaca perlu cermat. Jangan mudah terpancing emosi,hanya dengan membaca judul  tulisan,karena nama boleh sama,tapi orangnya berbeda dalam segala hal.Baik profesinya,maupun asal muasalnya.Serta banyak lagi perbedaan lainnya, salah satunya adalah Firza Husein yang kami kenal  berasal dari Mesir dan belum pernah berkunjung ke Indonesia,serta tidak pernah terlibat urusan dengan kepolisian manapun. Firza dan suaminya,adalah salah satu contoh nyata ,hidup damai dalam keberagaman.Mereka sangat akrab dengan kami,walaupun kami berbeda dalam banyak hal,termasuk beda agama.
Bila kita membaca dengan pikiran dan hati yang damai,maka kita tidak akan terhanyut dalam imaginasi yang diciptakan oleh pikiran kita sendiri . Firza Husein,yang kami kenal adalah istri dari Muhammad Syam Husein, ibu rumah tangga ,yang dikaruniai anak dua orang,yang kini katanya sudah duduk di sekolah menengah,
Semoga tulisan ini ada manfaatnya, agar kita selalu membaca dengan pikiran dan hati yang damai.
Tjiptadinata Effendi
