Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berlatih Disiplin Diri, Diawali dari Hal-hal Kecil

1 Maret 2017   17:57 Diperbarui: 1 Maret 2017   18:06 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar dari alam, akan menghadirkan kearifan hidup/ilustrasi foto dokumentasi pribadi

Melatih Diri Secara Konsisten,Diawali Dari Hal Hal Kecil

Sesungguhnya, dihadapan kita terbentang banyak sekali pelajaran hidup,yang ditampilkan oleh kehidupan,melalui berbagai peristiwa alam. Semisalnya: menaman pohon hari ini,tidak mungkin besok langsung berbuah.Butuh ketekunan untuk menyiram dan merawatnya,agar tetap mampu bertahan hidup . Kemudian baru bertumbuh dan berkembang. Dalam hitungan tahun kedepan,barulah kita dapat berharap untuk memetik buah dari hasil kerja keras kita.

Anak anak ,sejak dari TK sudah dilatih secara konsisten,untuk belajar berhitung,dari yang paling mudah,misalnya 1+1 ,sama dengan dua. Tidak mungkin langsung mengajarkan anak anak ke ilmu matematika,karena mereka belum memiliki tempat berpijak,untuk dapat menjangkau ilmu yang lebih tinggi.

Belajar memanjat pohon,juga diawali dengan pohon yang tingginya mungkin cuma dua atau tiga meter,sebelum diri kita mampu memanjat pohon kelapa yang tingginya 12 meteran atau lebih. Begitu juga pada awal awal ikut olah raga lintas alam,kita mengawali dengan mendaki perbukitan,karena mustahil dapat langsung hiking ke gunung yang tinggi.

Pelajaran yang diberikan oleh alam secara cuma cuma dan sangat mudah bagi setiap orang untuk menyerap ilmu kehidupan ini.Akan tetapi karena sudah terbius oleh paradigma,bahwa yang mudah mudah dan murah itu,tidak penting,maka secara tanpa sadar banyak orang yang mengabaikannya. Kemungkinan juga termasuk diri kita sendiri. Yang mencari cari  ilmu yang lebih rumit,melalui seminar seminar,yang dibayar mahal. Padahal alam sudah menyediakannya bagi kita secara gratis. Walaupun sudah lama kita mendengarkan ada kata kata bijak yang mengatakan :"Berguru kepada Alam"

Belajar Jujur Secara Konsisten

Orang yang tidak dapat dipercayai dalam hal hal kecil,mustahil dapat diberikan kepercayaan akan hal hal yang besar, Kalimat ini sesungguhnya hanyalah sebuah kalimat biasa biasa saja. Karena memang kenyataannya seperti itu. Bayangkan orang yang mau mencuri mangga tetangga atau maling jemuran tetangga,mana mungkin diberikan kepercayaan untuk  menjaga toko kita?

Belajar jujur,dimulai dari jujur pada diri sendiri. Kalau kita sudah berjanji,maka berusahalah untuk selalu menepatinya,walaupun tampaknya hal yang sangat sepele. Misalnya berjanji pada anak atau istri ,untuk mengajak jalan jalan. Tapi dari hari  ke hari dan dari minggu ke minggu,hanyalah sebatas janji.Jawabannya :" Iya iya,lagi sibuk nih"

Hal kecil,tapi sudah menanamkan rasa kecewa dalam hati orang orang yang disayangi dan menyayangi kita. Mungkin kita tidak merasakan hal ini,karena  sudah terbius oleh berbagai kesibukan,yang bagi kita jauh lebih penting,daripada "hanya sekedar menepati janji " pada anak istri.

Kita lupa,bahwa anak dan istri kita akan sedih,karena merasakan bahwa diri mereka tidak penting bagi kita,karena menengok yang kita sibukkan ternyata,cuma karena ingin nonton  pertandingan sepak bola atau  ikut kompetisi main game dengan teman teman.

jangan lupa,orang yang tidak dapat menepati janji adalah orang yang tidak jujur pada dirinya sendiri dan sekaligus pada orang lain. Kejujuran ,bukan hanya dinilai dari materi,tapi juga kejujuran dalam hal menepati janji.Karena janji adalah utang dan setiap utang betapapun kecilnya,wajib untuk dibayar

Mengalami Amnesia Mendadak

Sebagai manusia,kalau sesekali lupa adalah sangat manusiawi. Siapapun di dunia ini,tak luput dari lupa,walaupun usia masih sangat muda. Misalnya ,janji mau belikan buahan untuk anak istri,eee karena pulang sudah malam dan mau buru buru sampai kerumah, rencana mau beli buahan  jadi lupa Baru ingat ketika sudah tiba dirumah. Namun tentunya dengan lupa ini,bukan berarti janji sudah lunas,melainkan tetap harus dibayar keesokkan harinya.

Ada juga janji yang memang sengaja dilupa lupakan,misalnya janji mau bayar utang, Ada orang yang sifat dasarnya memang tidak pas,maka dengan berbagai alasan melupakan janjinya. "Aduh,maaf,saya lupa  atau maaf saya sangat sibuk ,segera akan saya transferkan ,bilamana sudah ada waktu longgar."

Nah,bayangkan ketika minjam, sangat mudah,tapi ketika sudah waktunya untuk mengembalikan pinjaman ,orang seringkali mengalami amnesia secara mendadak.Seseorang dapat sampai ketahap separah ini,tentu bukan dalam waktu seketika,tapi sudah sejak lama,secara tanpa sadar membiasakan diri,tidak menepati janji.

Mungkin selama ini,yang dipinjam jumlahnya kecil,maka yang meminjamkan sudah mengikhlaskan dan tidak mau menagih.Tapi dianggap mungkin orang lupa,maka sejak saat itu merasa tergoda untuk minjam lagi,siapa tahu orang lupa lagi.

Pengalaman Pribadi

Secara pribadi,saya pernah berhuntang kepada tante kami di Medan,untuk dijadikan modal dagang keliing,Tapi karena sama sekali tidak berpengalaman,maka disamping modal sendiri,uang pinjaman juga amblas. Tapi saya tidak mengelak.Saya datangi  tante kami dan menceritakan bagaimana uang tersebut bisa ludas.Dan saya berjanji,pasti akan saya lunasi. Jumlahnya cukup besar dan  kehidupan kami setelah pulang kampung ke Padang dan jualan kelapa di pasar,ternyata tidak mampu membuat saya dapat menyicil utang pada tante.Baru dua tahun kemudian,dapat melunaskan semuanya.

Karena itu, tahun lalu,ketika tante kami berulang tahun ke 90 dan sudah sejak  lama tinggal di Penang,maka tanpa memikirkan biaya,kami sempatkan untuk datang ke Penang.Sebagai tanda bahwa kami tidak pernah  melupakan budi baik tante kami.

Hubungan kami tetap baik,karena saya tidak pernah mengelak dan menghilang,karena tidak mampu bayar utang,

Semoga pengalaman ini,ada manfaatnya untuk dibaca dan dijadikan masukan .

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun