Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Tidak Mungkin Menjadikan Semua Orang Sahabat, Minimal Jangan Dimusuhi

24 Februari 2017   10:02 Diperbarui: 24 Februari 2017   10:58 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yang menjepret gambar ini adalah istri saya,makanya berani saya postingkan disini hehe (Dokumentasi Roselina)

Tapi kami sudah mantap,kalau tidak ada yang mengawali,maka akan selamanya ada sekat sekat antar etnis,yang tentu saja akan berdampak buruk bagi anak cucu kelak dikemudian hari.

Ternyata kehadiran kami dilingkungan baru,diterima dengan senang hati,termasuk sambutan hangat dari Pak RT .H.Syafri Syaun dan Wali kota Padang ,pada waktu itu Syahrul Ujud SH. Bahkan dalam acara selamatan atas pelantikannya, saya diminta untuk mendampingi menerima tamu. Sesuatu yang pada masa itu adalah hal yang :"wah" gimana gitu. Tak terbayangkan orang Tionghoa,bukan pejabat,  diminta mendampingi walikota.

Itulah salah satu pengalaman berharga bagi kami sekeluarga dan orang banyak,bahwa pada awal melangkah keluar dari zona aman dan nyaman,sejujurnya,pasti ada rasa was was.Tapi dengan berbekalkan niat tulis,tanpa embel embel,bersyukur ,kami diterima ,bukan hanya  dengan pintu terbuka,tapi juga dengan hati terbuka.

Kisah Lainnya

Sepotong kisah lainnya,adalah ketika kami pertama kali =merencanakan berkunjung ke Aceh. Banyak teman teman yang dengan niat baik menasihati kami,agar membatalkan niat kami.Karena :"katanya" warga Aceh sangat agamis dan sangat sensitif menerima kedatangan orang orang non Muslim,apalagi mengingat istri saya tidak pakai kerudung. Tapi kami sudah bertekad tetap berkunjung dan seandainya,memang kami ditakdirkan untuk mati ditanah Aceh,kami sudah siap.

Ternyata semua hal yang menakuti nakutkan dan terkesan sangat seram,tidak kami temui disana. Bahkan kami disambut sahabat kami Asrul Adami dan Pak Haji,dibawa keliling dan diajak makan dirumah salah seorang warga di Jantho. Kami makan dengan nikmat,tanpa mencurigai apapun.

Sejak saat itu,kunjungan kami di tunggu ,sahabat sahabat kami di Banda Aceh.Suatu hal yang merupakan kebahagiaan tak ternilai.

Selanjutnya,kami juga berkunjung keseluruh pelosok NTT, ke Lombok, Kalimatan,Sulawesi  dan Jayapura. Apalagi pulau jawa dan Sumatera,sudah merupakan tempat kami melalui hidup kami selama puluhan tahun.'

Mempersiapkan Diri

  • datanglah dengan setulus hati
  • hargai siapapun
  • makan lesehan di lantai ?Ok
  • makan dengan sepotong ikan asin? suka
  • rendah hati
  • hindari bicara tentang agama
  • hindari mengritik 
  • tinggalkan kesan :"kita bersahabat"

Kita tidak mungkin menjadi manusia yang sempurna, tapi dengan kedatangan kita yang tulus,maka orang tidak lagi menengok kekurangan diri kita,melainkan kebaikan dan ketulusan  yang kita tampilkan.

Menjadi manusia bebas,kami maknai, membuka belenggu diri dari semua rasa ketakutan,kecurigaan dan was was.Baik karena perbedaan etnis,budaya,maupun beda agama,tidak akan menjadi masalah,bila kita mampu bersikap tulus dan arif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun