“Room Prayer” di Bandara International Soetta Sudah Tidak Memadai Lagi
Kemarin siang, kami berada diruang keberangkatan Pesawat Sriwijaya, dengan tujuan Yogyakarta, karena ada acara yang sudah terjadwal. Karena masih cukup waktu, maka kami duduk diruang excecutive lounge dengan memanfaatkan kartu bca kami.
Sambil menikmati secangkir kopi, saya manfaatkan untuk membaca salah satu koran, yang tampak menumpuk disana. Karena yang duduk menunggu di sini, bisa dihitung dengan jari tangan. Karena disamping cukup mahal, bagi yang tidak memiliki kartu fasilitas, juga makanan yang disediakan disana sama sekali tidak menarik. Jauh benar bedanya, dibandingkan dengan ruang excekutive diruang tunggu Garuda. Tapi karena, kami di Terminal 2 F,maka tentunya, kami harus mau menikmati fasilitas yang ada di sana.
Ada berita menarik, bahwa pemerintah, mengalami deficit, 1,5 triliun rupiah, dalam membiayai BPJS secara nasional. Dan menurut koran Kedaulatan Rakyat tersebut, salah satu daerah yang paling besar andilnya, dalam ketekoran ini adalah daerah istimewa Yogyakarta. Karena warga yang sesungguhnya tidak perlu kerumah sakit, tapi karena tidak mau merugi dan ingin menikmati fasilitas gratis, maka berbondong bondong kerumah sakit. (ini bukan kata saya, tapi hanya mengutip apa yang saya baca).
Tapi belum sempat menyelesaikan bacaan ,di alat pengeras suara terdengar penggumuman: ”Perhatian perhatian. Bagi para penumpang dengan pesawat Sriwijaya Air, dengan nomor penerbangan SJ230, agar segera menuju ke ruang keberangkatan. Karena pesawat anda akan segera diberangkatkan.”
Tidak menunggu hingga pengumuman kedua kalinya, kami langsung berdiri. Koran masih ditangan saya dan sambil berjalan menuju pintu keluar,saya tanya pada si mbak Resepsionist, berapa saya harus bayar untuk koran bekas ini ? Dan di jawab si mbak :” Kalau bapak berkenan, silakan dibawa pak,masih banyak lagi koq”. Maka sambil menenteng koper pakaian dan menyandang tas laptop, koran itu saya pegang saja, seperti gaya loper koran.
Baru berjalan beberapa langkah keluar dari ruang lounge, tiba tiba tampak pria muda sambil senyum senyum melirik ketangan saya. Tapi pasti bukan melirik jam tangan yang saya pakai, karena saya tidak memakai jam mahal. Karena berkali kali dilirik, maka saya sapa : ”Maaf mas, apa kabar” kata saya.
“Nuwun sewu pak.hmmm korannya masih dipakai pak ?” tanyanya sopan
“Oooh.. nggak nggak”, jawab saya agak berbohong sedikit. Karena sebenarnya saya masih belum selesai baca kisah BPJS tekor 1,5 triliun!. Tapi ya, masa Cuma bohong soal koran, langsung masuk neraka? Ya enggaklah“ pikir saya.
“Silakan mas, “ kata saya sambil menyerahkan koran ditangan saya,tanpa bermaksud apapun.
“Matur nuwun.. matur nuwun,,, “Kata si mas dengan sopan. Maka saya pun menjawab tak kurang sopannya dengan berlagak bisa berbahasa Jawa. “Sami sami mas.. monggo”
Kami lalu melenggang menuju keruang keberangkatan F7. Tapi sekilas tampak si mas buru buru, kesudut ruangan dan membagikan kertas koran tadi, kepada beberapa orang pria yang sudah berdiri disana. Baru saya mengerti, rupanya mau digunakan untuk alas lantai. Ternyata saking banyaknya yang mau Sholat Jumat, sehingga terpaksa di luar ruangan.
Heran juga saya. Masa iya Bandara International Soekarno Hatta yang begitu megah dan besar,para pengguna jasa pelabuhan udara ini,harus menjalankan ibadah dilantai dengan beralaskan koran.
Padahal ada begitu banyak ruang kosong yang tidak terpakai. Sudah waktunya Pengelola Bandara, memikirkan room prayer yang memadai untuk dapat menampung warga yang akan melakukan ibadah.
Tulisan ini tidak ada hubungan dengan politik apapun. Mohon jangan disalah artikan. Hanya semata bentuk kepedulian saya sebagai seorang warga Jakarta. Terima kasih dan salam hangat
Tjiptadinata effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI