Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mencari Tuhan yang Tidak Pemberang

6 Juli 2016   21:11 Diperbarui: 7 Juli 2016   05:06 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Tampak Robi memandang dengan sangat sedih dan dengan suara perlahan menjawab. Namun karena suasana sangat hening ,maka suara Robi terdengar sangat jelas.

“Kemarin ,memang saya tidak datang ke ibadah, Karena menolong orang, Walaupun saya tidak datang, Tuhan tidak akan mati. Tetapi ,kalau saya tidak menolong  anak tetangga saya kemarin,maka ia sudah pasti mati. Karena tercebur di dalam sumur dan tidak ada orang dirumah……”

Hening….

“Saya pamitan dan tidak akan pernah lagi kesini, Karena tuhan disini pemarah. Saya akan mencari ketempat lain,dimana Tuhannya  berbelas kasih dan mengijinkan saya untuk menolong orang lain yang dalam keadaan bahaya…..”

Kemudian Robi membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan ruangan……untuk berpetualang,mencari Tuhan yang penuh kasih sayang .Ia tidak mau berdoa kepada tuhan  yang penuh angkara murka …..

(Sebagaimana yang diceritakan Robi kepada saya)


Renungan Diri

Tidak jarang saya termenung memikirkan Robi. Saya yakin,bukan hanya Robi yang mengalami shock seperti kejadian diatas. Jangan-jangan, ulah dari orang yang merasa dirinya Jubir Tuhan, dan dengan begitu gampang memvonis orang berbuat dosa, maka orang yang tadinya sedang dalam usaha mencari Tuhan, malah semakin menjauh, karena takut pada Tuhan yang pemberang, yang tidak memperbolehkannya menolong orang yang dalam bahaya maut……Kisah ini adalah kisah dari sahabat saya, yang sedang dalam pertualangannya mencari Tuhan yang sesungguhnya, 

Tapi sayang sekali ia bertemu dengan orang yang mengangkat diri sebagai Jubir Tuhan dan begitu gampangnya menjatuhkan vonis berdosa dan hukuman api neraka untuk orang lain. Semoga tulisan ini ada manfaatnya untuk dijadikan renungan diri, emangnya kita ini siapa? Sehingga begitu berani mengangkat diri menjadi Juru bicara Tuhan? Kalau mau mengajarkan otang tentang kebaikkan, maka berikanlah contoh-contoh nyata dalam tindakan kita, karena sebuah contoh teladan yang baik, sesungguhnya jauh lebih bernilai dari seratus khotbah kosong.

Dalam tulisan ini,saya sama sekali tidak menyebut nama agama ataupun jabatan dalam agama, sehingga jangan ada yang merasa tersinggung,.

Tjiptadinata Effendi/ 6 Juli, 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun