Yang menakjubkan adalah jarak yang memisahkan antara Indonesia dengan Italia, berjarak tempuh belasan jam penerbangan. Bagaimana bisa kedua bangsa ini memiliki kesamaan budaya? Mana yang terlebih dulu, Betawi atau Briatico? Hingga saat ini belum ditemukan jawabannya.
Saya juga tidak mengira bahwa ternyata masyarakat dikota kecil Briatico ini sebagiannya masih percaya, bahwa cabe yang digantungkan didepan pintu rumah, dapat menjadi penangkal energi negatif atau roh jahat, maka tidak mengherankan para pedagang memanfaatkan kondisi ini dengan menjual cabe yang diberikan gantungan untuk dapat digantung didepan rumah pembeli.
Ketika kami diajak berkunjung kerumah salah satu kerabat adik ipar kami, ternyata kehidupan dikampung, suasana keakrabannnya pun sangat mirip dengan di Indonesia. Mereka mengunakan satu sumur bor untuk bersama sama.
Padahal kalau di tengok dari sudut bisnis, sumur bor tersebut dapat menjadi sumber pencetak uang, apalagi di musim panas. Namun dengan santai, Pedro menjawab :” Sumur ini memang saya yang buat, namun untuk dinikmati bersama, tapi bagi kami persahabatan jauh lebih bernilai dari pada uang.”
Selama satu bulan penuh, kami berada di Italia dari utara hingga ke selatan Italia, satu hal yang menjadi catatan bagi saya pribadi adalah bahwa rasa kekeluargaan dan persahabatan di Italia sangat dijunjung tinggi.
Ditulis di Briatico, bulan agustus, 2015
Dipostingkan di Kemayoran, 03 November, 2015
Tjiptadinata Effendi